بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى الرَّسُولِ الْكَرِيْمِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنِ اسْتَنَّ بِالسُّنَّةِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ
Tafsir Surah An-Naas
(Surah ke-114)
Oleh: Ustadz Dr. Firanda Andirja, Lc. MA. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
Surah An-Naas merupakan surah ke-114 (surah terakhir) dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 6 ayat, termasuk golongan surah Madaniyyah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman pada permulaan surah:
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah, ‘Aku berlindung kepada Rabb (Tuhan) Yang Memelihara dan Menguasai Manusia’”
مَلِكِ النَّاسِ
“Raja manusia”
إِلٰهِ النَّاسِ
“Sesembahan manusia”
Allah menyuruh berlindung dengan tiga sifat-Nya Allah yaitu pencipta dan pemelihara manusia, Rajanya manusia, dan Sesembahannya manusia, dari godaan syaithan yang merupakan sumber segala keburukan.
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi”
Sebagaimana telah dijelaskan pada tafsir surah Al-Falaq tentang sumpah iblis, yaitu untuk menyesatkan seluruh manusia. الْخَنَّاسِ secara bahasa artinya الرَّجَّاعِ “yang selalu kembali”, yaitu syaithan bersembunyi dan menjauh jika manusia mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kembali lagi menggoda manusia tatkala sedang lalai. (lihat Tafsir Al-Baghowi 8/597)
Ibnul Qoyyim rahimahullah Ta’ala berkata :
وتأمل حكمة القرآن الكريم وجلالته كيف أوقع الاستعاذة من شر الشيطان الموصوف بأنه الوسواس الخناس الذي يوسوس في صدور الناس ولم يقل من شر وسوسته لتعم الاستعاذة شره جميعه فإن قوله: {مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ} يعم كل شره ووصفه بأعظم صفاته وأشدها شرا وأقواها تأثيرا وأعمها فسادا وهي الوسوسة التي هي مبادئ الإرادة فإن القلب يكون فارغا من الشر والمعصية فيوسوس إليه ويخطر الذنب بباله فيصوره لنفسه ويمنيه ويشهيه فيصير شهوة ويزينها له ويحسنها ويخيلها له في خيال تميل نفسه إليه فيصير إرادة
“Perhatikanlah hikmah Al-Qur’an al-Karim dan keagungannya, lihatlah bagaimana Al-Qur’an menyebutkan meminta perlindungan dari syaithan yang disifati dengan الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (syaithan yang sering bersembunyi dan membisiki dada manusia), dan Al-Qur’an tidak menyatakan meminta perlindungan dari was-was atau bisikan syaithan, akan tetapi menyatakan agar meminta perlindungan mencakup dari seluruh kejahatan dan keburukan syaithan. Yang diantara sifat syaithan yang sangat berbahaya dan yang sangat kuat pengaruhnya dan paling luas dampak kerusakannya adalah waswasah atau bisikan syaithan. Karena bisikan itulah awal dari kehendak. Pada asalnya hati dalam kondisi kosong dari keburukan dan maksiat, lalu syaithanpun membisikan hati lalu terbetiklah maksiat dalam benaknya lalu syaithanpun menggambarkan maksiat itu pada hati tersebut dan membangkitkan angan-angan kosong lalu menjadikan hati bersyahwat, lalu syaithan menghiasinya dan menjadikannya indah, lalu menjatuhkannya dalam khayalan-khayalan yang menjadikan jiwanya condong dan tertarik. Maka timbul lah iroodah (keingingan untuk bermaksiat)
ثم لا يزال يمثل ويخيل ويمني ويشهي وينسى علمه بضررها ويطوي عنه سوء عاقبتها فيحول بينه وبين مطالعته فلا يرى إلا صورة المعصية والتذاذه بها فقط وينسى ما وراء ذلك فتصبر الإرادة عزيمة جازمة فيشتد الحرص عليها من القلب فيبعث الجنود في الطلب فيبعث الشيطان معهم مدادا لهم وعونا فإن فتروا حركهم وإن ونوا أزعجهم كما قال تعالى: {أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزّاً} أي تزعجهم إلى المعاصي إزعاجا كلما فتروا أو ونوا أزعجتهم الشياطين وأزتهم وأثارتهم فلا تزال بالعبد تقوده إلى الذنب
Lalu syaithan terus mendatangkan khayalan dan memberikan angan-angan, menjadikannya bernafsu, membuatnya lupa akan bahayanya maksiat dan syaithan melipat (menutupi) akibat buruk maksiat, lalu syaithan menghalanginya dari memandang akibat buruknya, akhirnya ia tidak melihat kecuali maksiat di hadapannya dan hanya kelezatan bermaksiat, iapun lupa semua yang akan muncul akibat maksiat. Maka meningkatlah dari iroodah (keinginan bermaksiat) menjadi ‘azimah (azam atau tekad) yang kuat untuk bermaksiat. Lalu hatipun semakin semangat untuk bermaksiat, lalu syaithan pun mengirim pasukannya (yaitu orang-orang yang buruk) untuk membantu mencari maksiat tersebut, bahkan syaithan mengirimkan tambahan bantuan kepada pasukan tersebut. Jika pasukan tersebut bermalas-malasan maka syaithan akan memotivasi mereka, jika tidak semangat maka syaithan akan menggelisahkan mereka. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:
أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزًّا
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaithan-syaithan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?” (Al-Qur’an Surah Maryam {19} Ayat 83)
Yaitu syaithan menjadikan mereka gelisah kalau tidak bermaksiat, setiap kali mereka malas atau berlambat-lambat maka syaithan menggelisahkan mereka, mengganggu mereka, sehingga syaithan senantiasa menggiring hamba kepada dosa” (Badaa’iul Fawaaid 2/257-258)
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
“Yang membisikan (kejahatan) ke dalam dada manusia”
Diantara anak buah iblis adalah syaithan. Godaan syaithan sangat banyak dan bervariasi, diantaranya dengan membisikkan keburukan di hati manusia. Mulai dari menggambarkan keburukan menjadi indah, menjanjikan bagi keburukan janji-janji palsu, menyemangati manusia untuk melakukannya, menakuti-nakuti orang yang hendak melakukan kebaikan, kebaikan digambarkan dengan wujud lain, menjadikan manusia tidak bersemangat dan menunda-nunda kebaikan, dan lain-lain. Dan syaithan selalu kerjakan seperti ini (lihat Tafsir As-Sa’di hal 937)
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits bahwasanya syaithan itu menyusup ke dalam aliran darah.
عَنْ صَفِيَّةَ ابْنَةِ حُيَىٍّ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مُعْتَكِفًا، فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ، فَانْقَلَبْتُ فَقَامَ مَعِى لِيَقْلِبَنِى. وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِى دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ، فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِىَّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – أَسْرَعَا، فَقَالَ النَّبِىُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – « عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَىٍّ » . فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِى مِنَ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ، وَإِنِّى خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِى قُلُوبِكُمَا سُوءًا – أَوْ قَالَ – شَيْئًا
Dari Shafiyyah binti Huyay, ia berkata, “Pernah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang beri’tikaf, lalu aku mendatangi beliau. Aku mengunjunginya di malam hari. Aku pun bercakap-cakap dengannya. Kemudian aku ingin pulang dan beliau berdiri lalu mengantarku. Kala itu rumah Shafiyyah di tempat Usamah bin Zaid. Tiba-tiba ada dua orang Anshar lewat. Ketika keduanya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mempercepat langkah kakinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Pelan-pelanlah, sesungguhnya wanita itu adalah Shafiyyah binti Huyay.” Keduanya berkata, “Subhanallah, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya syaithan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.” (Muttafaqun ‘alaih. HR Bukhari no. 3281 dan Muslim no. 2175)
Awalnya mereka berdua tidak su’uzhan, tetapi bisa jadi setelah beberapa lama su’uzhan itu muncul dalam diri mereka. Demikianlah pekerjaan syaithan. Oleh karena itu, Nabi mengatakan, “Ini istriku, Shafiyyah” untuk menghilangkan su’uzhan yang akan dilemparkan oleh syaithan.
Demikianlah kelakuan syaithan, dia sering sekali mendikte terutama masalah su’uzhan. Sering terjadi banyak pertikaian, perceraian, gara-gara salah sangka atau buruk sangka. Suami buruk sangka terhadap istri, dan istri buruk sangka terhadap suami. Dan yang paling berperan adalah syaithan. Sebelum su’uzhan muncul, asalnya kedua belah pihak masih bisa saling memberikan udzur dan memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang baik, tetapi syaithan mendiktenya agar mereka memilih kemungkinan yang buruk. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ
“Jauhilah prasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta.” (Hadits Riwayat Bukhari no. 6064 dan Muslim no. 2563)
Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
“Dari (golongan) jin dan manusia”
Ada dua tafsiran dikalangan para ‘ulama tentang yang dimaksudkan dengan jin dan manusia pada ayat ini.
Tafsiran pertama, kata jin dan manusia tersebut kembali kepada pembisik-pembisik yaitu para penggoda (yang tersebut pada ayat keempat), bahwasanya yang membisik-bisik ada dari golongan jin dan ada pula dari golongan manusia. Manusia berbicara langsung, sedangkan jin masuk ke dalam dada kadang tanpa disadari.
Karena syaithan bisa dari kalangan jin dan dari kalangan manusia. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَكَذَالِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaithan-syaithan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). (Al-Qur’an Surah Al-An’aam {6} Ayat 112)
Tafsiran kedua, kata jin dan manusia tersebut kembali kepada yang dibisikkan (yang digoda) sebagaimana pada ayat kelima. Namun pada ayat kelima tersebut yang disebutkan hanya manusia yang digoda karena kebanyakan yang digoda adalah manusia, tetapi yang dimaksudkan adalah keduanya karena jin dan manusia sama-sama mendapat beban syari’at. Sebagaimana manusia dibisikkan oleh manusia yang buruk, maka jin yang baik juga dibisikkan atau digoda oleh jin yang buruk, itulah syaithan.
Ini juga menjelaskan perbedaan antara iblis, syaithan, dan jin.
Jin lebih umum mencakup iblis, jin yang baik, dan jin yang jahat. Hanya Iblislah yang diberi umur panjang oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menggoda manusia, tidak mati hingga hari kiamat. Adapun jin yang lain tidaklah demikian. Adapun syaithan maka itu adalah sifat yang buruk, jin yang buruk disebut syaithan, dan demikian juga manusia yang buruk juga disebut syaithan.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ