🌐 WAG Dirosah Islamiyah
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
▪🗓 SELASA
| 18 Rabi’ul Akhir 1443H
| 23 November 2021M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 Halaqah 2
📖 Muqaddimah (Bagian Kedua)
🔊 Audio, klik disini atau klik disini
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ
Meneladani Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mengelola dan membina rumah tangga tentu itu adalah satu-satunya cara yang paling efektif agar keluarga kita betul-betul menjadi baiti jannati karena Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah manusia paling sempurna.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
(Al-Qur’an Surah Al-Ahzāb {33} Ayat 21)
Sehingga beliau adalah teladan paling istimewa untuk kita ikuti, untuk kita jadikan panutan adalah nabi. Kenapa? karena beliau telah mendapatkan satu apresiasi dari Allah ‘Azza wa jalla bukan dari manusia.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Sungguh engkau (Muhammad) betul-betul memiliki, berada dalam akhlak yang sangat agung. [Al-Qur’an Surah Al-Qalam {68} Ayat 4]
Sehingga kesempurnaan akhlaq beliau bisa menjadikan beliau seorang figur yang sempurna dalam segala urusan. Pemimpin, pemimpin umat, Rasul, beliau juga sebagai seorang suami, beliau juga sebagai manusia biasa yang bisa marah dan lain sebagainya.
Namun dalam segala kondisi beliau senantiasa berada dalam puncak akhlak yang mulia, selalu sukses memposisikan diri dan berinteraksi dengan cara-cara yang terbaik.
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang pemimpin, seorang Rasul dan telah lanjut usia, kisaran atau kira-kira berumur lebih dari 50 tahun atau kisaran berumur 55 tahun atau kurang atau lebih sedikit.
Walaupun demikian, beliau memahami bagaimana pola pikir dan bagaimana perilaku seorang istri yang masih muda belia semisal ‘Aisyah radhiyallahu ta’ala anha, dan bagaimana seharusnya seorang suami memperhatikan perasaan istri.
Ketika Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam pulang dari suatu perjalanan peperangan. Di tengah jalan beliau perintahkan para sahabat.
أَنْ تَقَدَّمُوا
“Hendaknya kalian maju duluan.”
Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bersama ‘Aisyah berduaan menanti para sahabat berada di tempat yang jauh, maka Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam menunjukkan sebagai seorang suami yang senantiasa harmonis dalam segala waktu dan dalam segala kondisi.
Beliau berkata kepada ‘Aisyah,
لَتُسَابِقِنِي
”Wahai ‘Aisyah engkau harus mau berlomba lari dengan aku.“
‘Aisyah berkata, “Ya Rasulullah aku sudah gemuk seperti ini”.
Maka Nabi mengatakan
لَتَفْعَلَنَّ
”Sungguh engkau harus melakukannya.“
Kita harus lomba lari, maka nabi pun berlomba lari dengan ‘Aisyah, dan ternyata nabi menang, beliau lebih dahulu lebih cepat larinya dibanding ‘Aisyah, kemudian setelah berhasil membuktikan kemenangannya. Beliau mengatakan,
هَذِهِ بِتِلْكَ
“Wahai ‘Aisyah kemenanganku ini adalah tebusan dari kekalahanku dulu ketika kita awal nikah.”
Subhanallah, Nabi tidak pernah berkata, pernikahan kita sudah berumur puluhan tahun, Nabi tidak pernah berkata umurku sudah lanjut, datar-datar saja. Hubungan keharmonisan dalam rumah tangga dibutuhkan siapapun termasuk oleh orang yang sudah lanjut usia kita butuh kepada keharmonisan.
Subhanallah, Nabi tidak pernah melupakan apa yang pernah beliau lalui dari masa-masa yang indah dengan istri-istrinya. Beliau senantiasa kenang seperti dalam kasus ini, “kekalahanku dulu, aku tebus hari ini”.
Subhanallah, Siapa dari kita yang telah berumur pernikahannya lebih dari 10 tahun, pernikahannya telah berumur 20 tahun, namun masih seharmonis Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Siapa dari kita yang umurnya telah menginjak lebih atau kepala 5 namun masih bersendau gurau dengan istrinya lomba lari dengan istrinya.
Nabi tidak merasa sungkan, risih dengan sekian banyak pasukan yang mengetahui. Subhanallah… Itulah keteladanan.
Andai itu ada dalam rumah tangga kita, andai kita bisa melakukan itu dalam rumah tangga kita. Niscaya betul-betul baiti jannati (rumah tanggaku adalah surgaku).
Subhanallah. Di antara secuil (sedikit) dari kisah keteladanan Nabi. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam suatu malam pergi ke kuburan Baqi’ karena mendapatkan perintah dari Allah ‘Azza wa Jalla agar beliau mendoakan para penghuni kuburan Baqi’.
‘Aisyah sebagai seorang istri yang masih muda belia cemburu, ia menduga bahwa nabi pergi ke rumah istri yang lain maka Aisyah membuntuti kepergian Nabi. Namun ternyata Nabi tidak pergi ke istri yang lain namun Nabi pergi ke kuburan Baqi’ mendo’akan, memohonkan ampunan untuk para penghuni kuburan Baqi’.
Maka segera Aisyah berpaling dan kemudian bergegas pulang ke rumah. Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dari kejauhan melihat ada sekelebat hitam yang bergegas lari maka Nabi segera membuntutinya. Setelah ‘Aisyah berhasil masuk ke rumah dan pura-pura tidur. Namun nafas beliau tidak bisa berdusta, terengah-engah.
Maka Nabi berkata kepada Aisyah, “Wahai ‘Aisyah engkaukah hitam-hitam yang aku lihat dari kejauhan, sekelebat hitam yang aku lihat dari kejauhan?“
”Betul ya Rasulullah.“
Rasulullah memahami, memotivasi yang menjadikan ‘Aisyah membuntuti langkah Nabi, dia merasa cemburu.
أَغِرْتِ يَا عَائِشَة؟
“Wahai Aisyah apakah engkau cemburu, khawatir kalau aku pergi ke istriku yang lain?”
Maka ‘Aisyah segera berkata,
كَيْفَ لَا يَغَارُو مِثْلِ عَلَى مِثْلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
“Ya Rasulullah, bagaimana mungkin istri seperti aku ini tidak cemburu, tidak khawatir engkau itu pergi ke istri yang lain.”
Siapa yang tidak cemburu, memiliki suami yang serba sempurna akhlaknya, ketampanannya, keimanannya.
Subhanallah… maka Nabi kemudian menjelaskan bahwa sejatinya tadi bahwa Malaikat Jibril memanggilku dari luar rumah. Dia tidak mungkin masuk ke rumah karena aku telah berada dalam satu selimut denganmu. Maka dia memanggil dari luar rumah dan memerintahkan aku agar aku memohonkan ampunan teruntuk penghuni kuburan Baqi’, maka aku pun pergi.
Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam memberikan penjelasan (wejangan) kepada istrinya yang tidak sepatutnya mudah dibakar oleh rasa cemburu,
أَوَ قَدْ جَائَتْ الشَّيْطَان يَا عَائِشَة؟
”Wahai ‘Aisyah Apakah engkau telah kedatangan kembali setanmu, apakah engkau telah kedatangan kembali oleh setan, setanmu telah datang kembali, sehingga engkau itu hanyut terbakar oleh rasa cemburu.
Kemudian ‘Aisyah berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَ مَعِي الشَّيْطَان؟
“Apakah aku ini diikuti terus oleh setan?”
Nabi mengatakan, “Bala” (بَلَا), betul, setiap manusia itu ada qorin, ada pendampingnya yang terus mengikutinya yaitu dari setan, yang satu qarin dari kalangan para malaikat.
‘Aisyah kembali bertanya, “Wahai Rasulullah bagaimana dengan dirimu, apakah engkau juga diikuti oleh qarin dari setan?”
Nabi mengatakan, “Ya, aku pun senantiasa dikintil (diikuti) oleh setan, namun bedanya Allah telah membantu aku sehingga setan yang senantiasa membuntuti aku itu telah masuk islam sehingga.”
فَلَا يَأْمُرنِي إِلَّا بِخَيْرٍ
Sehingga dia tidak pernah membisikkan aku kecuali dengan kebaikan.
Subhanallah …. cermatilah Nabi ketika mengetahui istrinya mulai terbakar oleh rasa cemburu, hanyut dalam badai cemburu, Nabi tidak murka, Nabi tidak marah. Nabi berusaha menyelamatkan istrinya dari badai cemburu tersebut dengan menjelaskan bahwa cemburu buta itu datangnya dari setan.
Pikiran-pikiran negatif yang terbetik pada pikiran seorang istri atau suami yang senantiasa berpikir negatif atau kadangkala berfikir negatif su’uzhon, curiga kepada suami ataupun istri itu sejatinya adalah bisikan setan.
Sehingga sepatutnya kita waspada, kita senantiasa ingat bahwa pikiran negatif yang tendensinya adalah cemburu itu adalah bisikan setan yang seharusnya dilawan.
Pertama, kita memohon perlindungan kepada Allāh, agar tidak hanyut dalam cemburu buta tersebut.
Dan yang kedua, ada satu pelajaran penting bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang tidak cemburu. Siapapun dari kita pasti cemburu, kenapa? Karena cemburu buta itu adalah bisikan setan yang berkepentingan untuk merusak rumah tangga kita.
Karena itu satu-satunya obat untuk mengobati cemburu buta adalah memohon perlindungan kepada Allah
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ ٱلشَّيْطَـٰنِ نَزْغٌۭ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ
Kalau engkau mulai digoda oleh setan maka obatnya hanya ada satu, memohon perlindungan dari Allah. (Al-Qur’an Surah Fusshilat {41} Ayat 36)
Ini pelajaran penting bagi kita bahwa tidak ada satu orangpun dari kita yang tidak dirundung, tidak terkena badai cemburu buta. Semua kita merasakan cemburu buta namun hanya orang-orang yang senantiasa berlindung kepada Allah dari godaan setan, hanya merekalah yang bisa selamat dari cemburu buta yang mengancam keutuhan rumah tangga kita
Ini sekelumit dari keteladanan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam sebagai seorang suami, yang juga sebagai seorang Uswah Rasul (teladan) kita semua dalam mengarungi mahligai rumah tangga.
Semoga apa yang disampaikan menjadikan keluarga kita betul-betul baiti jannati (Rumah tanggaku adalah Surgaku)
In Syaa Allah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini
2 comments
Pingback: Halaqah 1 - Muqaddimah (Bagian Pertama) - AL-HANIFIYYAH
Pingback: Halaqah 3 - Pengendalian Emosional Rumah Tangga Rasulullah Ketika Dalam Kondisi Bahagia - AL-HANIFIYYAH