🌐 WAG Dirosah Islamiyah
Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad
▪🗓 RABU
| 19 Rabi’ul Akhir 1443H
| 24 November 2021M
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Fiqih Nikah / Baiti Jannati
🔈 Halaqah 3
📖 Pengendalian Emosional Rumah Tangga Rasulullah ﷺ Ketika dalam Kondisi Bahagia
🔊 Audio, klik disini atau klik disini
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ
Kembali saya hadir untuk berbincang-bincang dengan Anda merencanakan, menggubah dan juga menyusun bagaimanakah seharusnya rumah tangga kita ini kita bangun, bagaimanakah sepatutnya keteladanan Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dapat diwujudkan dalam rumah tangga kita.
Sebagai seorang muslim kita semua percaya beriman, bahwa panutan kita hanya ada satu yaitu Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Bukan hanya dalam hal ibadah, tetapi dalam semua urusan muamalah perniagaan, ataupun hal-hal yang bersifat personal rumah tangga, ataupun dunia urusan kita.
Dalam kehidupan rumah tangga semua orang menyadari dan merasakan pasang surut kehidupan, ada suka ada duka, ada kesepahaman dengan pasangan, ada percekcokan, perselisihan, dan perbedaan.
Ketika dalam kondisi senang harmonis seiya sekata, maka rumah tangga itu begitu indah. Andai itu terus abadi, andai suasana itu selalu menjadi kenyataan tetapi fakta tidaklah demikian. Pasang surut kehidupan terus terjadi ada suka ada duka, ada kesepahaman, ada perseteruan atau perbedaan.
Karenanya meneladani Nabi ketika Anda suka senang sedang harmonis perlu dilakukan dan wajib dilakukan agar Anda tidak euforia, agar Anda tidak hanyut dalam suka sehingga Anda lepas kontrol dan lepas kendali akhirnya Anda terjerembab dalam menuruti nafsu, mengeksploitasi hawa nafsu yang akan mencelakakan Anda.
Sebagaimana ketika Anda sedang dalam duka dalam kesusahan, perbedaan, marah, sepatutnya Anda juga meneladani Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam agar amarah Anda dapat terkendali, Anda tidak hanyut dalam nafsu setan karena memang marah itu adalah bisikan setan.
Sampai-sampai nabi menggambarkan bahwa marah itu,
إِنَّ الْغَضَبَ مِنَ الشَّيْطَانِ
Betul-betul sumbernya dari setan. Kemudian Nabi memberikan indikasinya kenapa marah itu datangnya dari setan? Lihatlah mukanya memerah, ototnya menegang, itu adalah bukti bahwa marah itu dari setan. Setanlah yang menjadikan manusia hanyut dalam amarah.
Namun ketika Anda mampu meneladani Nabi di saat Anda menghadapi suasana masalah yang menyebabkan Anda terpancing untuk marah maka rumah tangga Anda akan selamat.
Pada kesempatan ini saya ingin mengajak Anda untuk sedikit menyelami bagaimanakah Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam memanage (mengendalikan) emosional beliau, baik ketika senang, ataupun ketika sedih, marah, kecewa, ataupun sedang bahagia. Karena dengan pengendalian diri inilah keberhasilan dalam mengarungi rumah tangga itu akan terwujud.
Allāh ‘Azza wa Jalla berfirman,
لِّكَيْلَا تَأْسَوْا۟ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا۟ بِمَآ ءَاتَىٰكُمْ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍۢ فَخُورٍ
“Agar kalian tidak berputus asa ketika mengalami kegagalan dan juga tidak evoria hanyut lupa daratan ketika mendapatkan keberhasilan, karena Allāh tidak senang Allah tidak mencintai orang yang مُخْتَال membusungkan dadanya فَخُور menyombongkan dirinya.” (Al-Qur’an Surah Al-Hadid {57} Ayat 23)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam suatu hari didapatkan oleh Aisyah, shalat yang begitu lama. Dan itu bukan sekali atau dua kali ini adalah suatu hal yang sering dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Sampai-sampai kedua kaki beliau bengkak-bengkak saking lamanya beliau berdiri ketika shalat.
Maka Aisyah radhiyallahu ta’ala ‘anha mempertanyakan sikap Nabi ini mengapa beliau beribadah begitu gigih, beribadah begitu lama, padahal kalau dipikir-pikir dosa beliau telah dijamin akan diampuni. Surga, beliau telah mendapatkan jaminan kepastian bahwa beliau akan mendapatkannya, bahkan mendapatkan surga yang paling tinggi.
Namun untuk apakah beliau beribadah? dalam kondisi inilah, dalam kondisi ketika kita menyadari mendapatkan nikmat keberhasilan, kemudahan, kemuliaan, kedudukan, seorang suami sepatutnya mencontohkan kepada istri menanamkan kepada keluarganya sikap yang benar.
Nabi menanamkan hal ini, mengajarkan hal ini kepada istri beliau Aisyah dengan sabdanya dalam kondisi tersebut beliau bersabda,
أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا.
Wahai Aisyah, betul apa yang kau katakan, bahwa Allah telah menjamin akan dimasukkan surga, diampuni dosa-dosaku yang telah lalu dan yang akan datang.
Namun demikian itu semua nikmat, tidaklah pantas tidakkah layak kalau aku menyadari hal itu kemudian aku pandai-pandai bersyukur melipatgandakan syukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla seiring dengan besarnya nikmat maka semakin besar pula implementasi syukur yang harus kita lakukan
Inilah sebuah keteladanan, kadangkala suami ketika mendapatkan keberhasilan sukses ke kelapangan dalam rezeki, kedudukan yang tinggi, dan lain sebagainya, lupa untuk menanamkan syukur kepada istrinya, yang dia lakukan yang dia ingat adalah bagaimana memanjakan istrinya. Bagaimana menonjolkan keberhasilannya di depan istri.
Lupa untuk menanamkan bahwa nikmat itu bukan untuk ditonjol-tonjolkan, dibangga-banggakan atau sekedar dinikmati, tapi nikmat itu harus disyukuri.
Inilah sebuah keteladanan seorang suami menanamkan kepada istrinya, pentingnya syukur, seiring dengan nikmat yang kita rasakan, seiring dengan bertambahnya karunia yang kita dapatkan, suami terus menanamkan kesyukuran, rasa syukur kepada Allāh ‘Azza wa Jalla
Ini yang bisa kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, kurang dan lebihnya mohon maaf.
In Syaa Allah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini
2 comments
Pingback: Halaqah 2 - Muqaddimah (Bagian Kedua) - AL-HANIFIYYAH
Pingback: Halaqah 4 - Pengendalian Emosional Rumah Tangga Rasulullah Ketika Dalam Kondisi Sedih Ditimpa Musibah - AL-HANIFIYYAH