🌐 WAG ARN191
Grup Materi HSI Reguler
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Silsilah Kitab Nawaqidhul Islam
📖 Halaqah 2 – Pengantar Penjelasan Kitab Nawaqidhul Islam Bagian 2
🔊 Audio, klik disini
════════════════
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Saudara sekalian, semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan pemahaman kepada kita semua.
Halaqah yang kedua dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitab Nawaqidhul Islam yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Rahimahullah Ta’ala.
Di antara pembatal keislaman ada yang berupa keyakinan, seperti:
• Meyakini bahwa ada ( إِلَٰهَ ) ilaah atau sesembahan selain Allah.
• Meyakini bahwa hukum selain hukum Allah adalah lebih baik daripada hukum Allah.
• Meyakini bahwa shalat lima waktu tidak wajib.
• Meyakini kehalalan sesuatu yang jelas diharamkan di dalam agama Islam, seperti zina, homoseks, minuman keras, dan lain-lain.
Ini adalah beberapa keyakinan yang bisa membatalkan keislaman seseorang.
Orang-orang munafik meskipun mengucapkan kalimat La Ilaha Illallah ( لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ ) dan mengucapkan syahadat Muhammad Rasulullah ( مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللَّهِ ) akan tetapi mereka kafir karena tidak meyakini makna dua kalimat syahadat tersebut.
Pembatal keislaman ada yang berupa perbuatan anggota badan, seperti:
• Bersujud kepada selain Allah.
• Menyembah untuk selain Allah, dan lain-lain.
Mengetahui Nawaqidhul Islam atau pembatal-pembatal keislaman merupakan perkara yang sangat penting, karena seseorang harus mengetahui kebaikan untuk diamalkan dan mengetahui kejelekan supaya bisa terhindar dari kejelekan tersebut.
Orang yang hanya mengetahui kebaikan tetapi tidak mengetahui kejelekan, dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kejelekan tersebut, disadari atau tidak disadari.
Apalagi kejelekan tersebut adalah kekufuran yang barangsiapa meninggal di atas kekufuran, maka kesengsaraan selamanya yang akan dia rasakan.
Hudzaifah Ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan,
كَانَ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْأَلُوْنَهُ
عَنِ الْخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Dahulu, para sahabat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka bertanya kepada Beliau tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada Beliau tentang kejelekan, karena aku takut terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.” (Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaihi – Bukhari dan Muslim)
Hal ini dilakukan oleh para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum. Mereka mengetahui kebenaran dan juga berusaha untuk mengetahui kesalahan. Mempelajari Al-Haq dan juga mempelajari jenis-jenis kebathilan.
Mengetahui kebenaran tersebut supaya bisa diamalkan dan mengetahui kebathilan atau kesalahan supaya bisa terhindar. Di dalam sebuah bait syair dikatakan,
عَرَفْتُ الشَّرَّ لَا لِلشَّرِّ لَٰكِنْ لِتَوَقِّهِ
فَمَنْ لَا يَعْرِفُ الشَّرَّ مِنَ النَّاسِ يَقَعْ فِيْهِ
“Aku mengetahui kejelekan bukan untuk mengamalkan kejelekan tersebut, akan tetapi supaya terhindar dari kejelekan tersebut. Dan barangsiapa di antara manusia yang tidak mengetahui sebuah kejelekan, maka dikhawatirkan dia akan terjerumus ke dalam kejelekan tersebut.”
Salah satu penyebab utama seseorang terjatuh di dalam Nawaqidhul Islam adalah karena tidak tahu, tidak belajar, dan tidak berusaha mempelajarinya.
Ibnul Qayyim Rahimahullah Ta’ala mengatakan,
وَالجَهْلُ دَاءٌ قَاتِلٌ وَشِفَاؤُهُ أَمْرَانِ فِي التَّرْكِيْبِ مُتَّفِقَانِ
نَصٌّ مِنَ الْقُرْآنِ أَوْ مِنْ سُنَّةٍ وَطَبِيْبُ ذَاكَ الْعَالِمُ الرَّبَّانِي
“Kebodohan adalah penyakit yang mematikan dan obatnya adalah dua hal yang digabung menjadi satu, yaitu nash dari Al-Qur’an atau dari As-Sunnah dan dokternya adalah seorang ‘Alim robbani.”
Oleh karena itu para ‘ulama di dalam kitab-kitab mereka, kitab akidah atau kitab fiqih menyebutkan tentang bab Ar-Riddah (Bab tentang kemurtadan). Yang dibahas adalah perkara-perkara yang bisa menjadikan seseorang murtad atau keluar dari agama Islam.
Para ‘ulama membuat bab ini tujuannya adalah supaya kita tahu pembatal-pembatal keislaman dan supaya kita waspada, jangan sampai kita dan orang-orang yang kita cintai, serta kaum muslimin terjatuh ke dalam apa yang dinamakan dengan Nawaqidhul Islam. Yang apabila dia meninggal dalam keadaan demikian, maka batal seluruh amalannya dan dia kekal di dalam neraka bersama orang-orang yang kafir.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakan,
وَمَن یَرۡتَدِدۡ مِنكُمۡ عَن دِینِهِۦ فَیَمُتۡ وَهُوَ كَافِرࣱ
فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ حَبِطَتۡ أَعۡمَـٰلُهُمۡ فِی ٱلدُّنۡیَا وَٱلۡـَٔاخِرَةِ
وَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ أَصۡحَـٰبُ ٱلنَّارِ هُمۡ فِیهَا خَـٰلِدُونَ
“Dan barangsiapa diantara kalian yang murtad dari agamanya, kemudian dia meninggal dunia dan dia dalam keadaan kafir, maka merekalah orang-orang yang batal amalannya di dunia maupun di akhirat, dan merekalah penduduk neraka, mereka kekal di dalamnya.” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 217)
Tentunya di dalam memahami Nawaqidhul Islam, seseorang harus kembali kepada Al-Qur’an, hadits-hadits Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dengan pemahaman para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum dan melihat kembali ucapan-ucapan para ‘ulama di dalam masalah Nawaqidhul Islam. Karena menentukan sebuah ucapan, keyakinan, atau perbuatan, apakah dia mengeluarkan seseorang dari Islam atau tidak, ini adalah hukum syar’i, harus kembali kepada dalil.
Tidak boleh seseorang menghukumi bahwa sebuah amalan atau sebuah ucapan atau sebuah keyakinan, bahwa ini adalah kekufuran, mengeluarkan pelakunya dari Islam, kecuali di sana ada dalil yang jelas di dalam Al-Qur’an atau di dalam hadits. Jangan sampai seseorang berdusta atas nama Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلۡسِنَتُكُمُ ٱلۡكَذِبَ
هَـٰذَا حَلَـٰلࣱ وَهَـٰذَا حَرَامࣱ لِّتَفۡتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ
إِنَّ ٱلَّذِینَ یَفۡتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلۡكَذِبَ لَا یُفۡلِحُونَ
“Janganlah kalian mengatakan dengan lisan-lisan kalian, ini adalah halal, ini adalah haram, untuk berdusta atas nama Allah. Orang-orang yang berdusta atas nama Allah, maka dia tidak akan beruntung.” (Al-Qur’an Surah An-Nahl Ayat 116)
Jangan sampai seseorang mengatakan, ini adalah kufur, padahal Allah dan Rasul-Nya tidak mengatakan demikian. Atau sebaliknya, mengatakan ini tidak kufur padahal Allah dan Rasul-Nya menghukumi itu sebagai sebuah kekufuran.
Di sana ada dua kelompok yang tersesat di dalam masalah ini.
⑴ Kelompok yang berlebih-lebihan, hingga mengatakan bahwasanya ini adalah sesuatu yang kufur, padahal Allah tidak mengatakan itu adalah sebuah kekufuran. Seperti orang-orang Khawarij yang berkeyakinan bahwa orang yang melakukan dosa besar, dia keluar dari Islam.
⑵ Orang-orang yang berlebihan, sehingga mengatakan bahwa ini sesuatu yang tidak kufur, padahal Allah telah menjelaskan bahwa itu adalah kekufuran. Seperti orang-orang Murji’ah, yang mereka menganggap bahwasanya keimanan cukup dengan keyakinan di dalam hati. Seandainya seseorang mengucapkan ucapan yang kufur atau melakukan amalan yang kufur, yang penting hatinya mengenal dan meyakini Allah, maka dia tidak keluar dari agama Islam.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah bukan termasuk Khawarij dan juga bukan termasuk Murji’ah. Mereka berada di pertengahan. Mereka kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits dengan pemahaman para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum. Apa yang dihukumi oleh Allah dan Rasul-Nya sebagai bentuk kekufuran, maka mereka katakan ini adalah kufur. Dan apa yang dikatakan oleh Allah dan Rasul-Nya ini bukan kekufuran, maka mereka tidak mengatakan ini adalah kekufuran.
Dan mereka di dalam masalah ini berpegang dengan kaidah-kaidah yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Dan In Syaa Allah akan kita bahas sebagian kaidah-kaidah tersebut di dalam pertemuan selanjutnya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة
In Syaa Allah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini