🌐 WAG Bimbingan Islam
🎙 Oleh: Ustadz Abu Rufaydah, Lc. M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Ahadits ‘Asyri Dzulhijjah Wa Ayyamit Tasyriq: Keutamaan Bulan Dzulhijjah dan Muharram
📖 Halaqah 11 – Beberapa Ketentuan Seputar Hari Iedul Adha
🔊 Audio, klik disini
════════════════
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Pembahasan berikutnya dari Kitab Ahadits Asyri Dzilhijjah wa Ayyami Tasyriq, yaitu pembahasan:
شَعَائِرُ يَوْمِ الْعِيد
▪︎ Syiar-syiar Pada Hari Ied
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ قُرْطٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ”إِنَّ أَعْظَمَ الْأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ ” أَخْرَجَهُ أَبُو دَاوُود بِإِسْنَادِ جَيِّد
Abdullāh ibnu Qurthin radhiyallāhu ta’ala ‘anhu menyampaikan bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hari-hari yang paling agung di sisi Allāh adalah hari Nahr dan hari Al-Qarr.” (Hadits Riwayat Abu Dawud dengan sanad jayyid).
⇒ Hari Nahr artinya hari Iedul Adha, hari dimana diperintahkan untuk menyembelih Nahr.
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ
“Maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allāh).” (Al-Qur’an Surah Al-Kautsar Ayat 2)
ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
Adapun يَوْمُ الْقَرِّ sebagaimana disampaikan oleh para ulama yaitu hari ke-11 atau أیّام التـّشریق dimana manusia atau para jama’ah haji menetap di Mina setelah melaksana thawaf ifadhah yaitu pada hari Tasyrik, itulah yang disebut dengan يَوْمُ الْقَرِّ.
Dalam hadīts ini, sahabat BIAS yang dirahmati oleh Allāh Tabāraka wa Ta’āla.
Menunjukkan tentang akan keutamaan hari Nahar dan itu adalah sebaik-baik hari disisi Allāh Tabāraka wa Ta’āla yang disebut dengan Hajjul Akbar.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam hadīts yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan sanad yang shahīh.
يَوْمُ الْحَجِّ الْأَ كْبَرِ يَوْمُ النَّحْرِ
“Haji akbar adalah pada hari Nahr.”
Hari Nahr adalah pada hari Nahar yaitu hari ke-10 dari bulan Dzulhijjah.
Sebagaimana telah disampaikan Uqbah ibnu Amir radhiyallāhu ‘anhu dia berkata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ
“Hari Arafah hari Nahr dan hari Tasyrik adalah adalah hari raya orang-orang muslim.” (Hadits Riwayat Ashhabus Sunnan, kecuali Ibnu Mājah dengan isnad yang shahīh).
Karena itulah Iedul Adha dan sebagian ulama mengatakan Iedul Adha lebih afdhal dibandingkan dengan Iedul Fithri, karena Iedul Adha terkumpul didalamnya semua ibadah (rukun Islam) terkumpul di sana.
Sebagaimana pendapat ini dikatakan oleh Ibnu Hajar Al-Asqolani rahimahullāhu ta’āla, “Terkumpulnya keutamaan waktu, tempat dan amalan-amalan ibadah yang lainnya”.
▫️Pada hari hari Nahr ini ada beberapa ibadah yang bisa dilaksanakan, diantaranya:
⑴ Pergi ke tempat shalat Ied yaitu dengan sebaik-baik penampilan, selepas mandi bersuci menggunakan pakaian terbaik, menggunakan parfume bagi laki-laki, kemudian datang lebih awal ke tempat pelaksanaan shalat Ied dengan bertakbir serta mendekati imam, kemudian menunggu shalat dan mendengarkan khutbah.
⑵ Disunnahkan untuk bertakbir dari rumah menuju tempat pelaksanaan shalat Ied.
⑶ Disunnahkan untuk pulang dan pergi beda jalan. Kalau pergi dari jalur jalan A maka pulangnya dari jalur B.
Sebagaimana hadīts yang disampaikan oleh Jabir bin Abdillāh radhiyallāhu ‘anhu. Ia mengatakan:
كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْد خَالَفَ الطَّرِيْق
“Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kalau berangkat shalat pada hari Ied maka beliau menyelisihi jalan yang pertama.” (Hadits Riwayat Bukhari).
⑷ Disunnah dihari Iedul Adha untuk tidak makan apapun sampai selesai pelaksanaan shalat.
Sebagaimana Abdullāh bin Barīdah dari bapaknya, ia menyampaikan:
كَانَ النَّبِيُّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – لا يخرُجُ يومَ الفطرِ حتَّى يطعَمَ، ولا يطعَمُ يومَ الأضحى حتَّى يصلِّيَ. أَخْرَجَهُ التِّرْ مِذِي
“Bahwasanya kebiasaan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam pada hari Iedul Fithri ketika pergi untuk melaksanakan shalat maka beliau makan terlebih dahulu kebalikannya ketika pelaksanaan shalat Iedul Adha beliau tidak makan terlebih dahulu sampai beliau shalat.” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi)
⑸ Melaksanakan shalat Ied adalah sunnah Muakkad (dianjurkan) di mana setiap muslim untuk melaksanakannya, mengajak anak dan keluarganya karena ini adalah syiar diantara syiar-syiar agama Islām.
⑹ Setelah shalat Ied dan khutbah Iedul Adha kemudian dianjurkan menyembelih dengan tangannya bagi siapa saja yang melaksanakan kurban saat itu. Kemudian memakan dari hewan yang ia kurbankan, membagikan atau menghadiahkan kepada tetangga dan keluarganya serta bersedekah kepada orang-orang fakir.
⑺ Tidak mengapa untuk saling memberikan selamat hari raya Iedul Adha kemudian juga berkunjung kepada kedua orang tua kepada keluarga, kepada tetangga dan seterusnya. Tentunya keutamaan-keutamaan yang ada pada hari raya Iedul Adha adalah keutamaan yang sangat banyak. Keutamaan yang sebagian ulama mengatakan lebih utama daripada hari raya Iedul Fithri.
Demikian. Wallāhu Ta’āla A’lam.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة
In Syaa Allah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini
One comment
Pingback: Halaqah 10 - Keutamaan Puasa Arafah | AL-HANIFIYYAH