Senin , April 28 2025

Halaqah 19 – Hal-hal yang Terlarang bagi Wanita yang Sedang Haid dan Nifas

🌐 WAG Bimbingan Islam

🎙 Oleh: Ustadz Fauzan Azhiimaa, Lc. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar (الْفِقْهُ الْمُيَسَّرُ)
Panduan Praktis Fikih dan Hukum Islam
📑 Bab Haid dan Nifas

📖 Halaqah 19 – Hal yang Terlarang bagi Wanita Haid dan Nifas
🔊 Audio, klik disini
════════════════

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ، وَبَعْدُ
اَللَّهُمَّ انْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَعَلِّمْنَا مَا يَنْفَعُنَا، وَزِدْنَا عِلْمًا
وَهُدًى وَتُقًى وَصَالِحًا يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Sahabat BiAS yang dimuliakan oleh Allāh _Azza wa Jalla. Kembali lagi bersama kami Fauzan Azhiimaa وَفَّقَنَا اللَّهُ تَعَالَى membahas kajian Fiqih yang diambil dari Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar Fi Dhau i Al-Kitab Wa As-Sunnah (الْفِقْهُ الْمُيَسَّرُ فِي ضَوْءِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ).

Kita sampai pada Bab yang kesepuluh tentang Haid dan Nifas dan insyaAllāh pada kesempatan kali ini akan membahas:

المسألة الرابعة: ما يحرم بالحيض والنفاس

• Pembahasan Keempat | Hal-hal yang diharamkan atau tidak boleh dilakukan bagi perempuan yang sedang Haid atau Nifas.

Diharamkan beberapa:

الوطء في الفرج

⑴ Bersetubuh sampai terjadinya penetrasi, masuknya kemaluan laki-laki kepada kemaluan perempuan. Hal ini tidak diperbolehkan berdasarkan firman Allāh Azza wa Jalla dan sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Allāh Ta’āla berfirman:

فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ

“Maka tinggalkanlah wanita-wanita kalian, ketika mereka sedang Haid.” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah Ayat 222).

Maksudnya jangan sampai disetubuhi yang terjadi penetrasi.

Begitu pula sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

اِصْنَعُوا كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا اَلنِّكَاحَ

“Silakan kamu berbuat sesuka apapun dengan wanita yang Haid, akan tetapi jangan sampai terjadi persetubuhan yang disitu terjadi penetrasi.” (Hadits riwayat Muslim no. 302).

⑵ Perceraian (الطلاق)

Hal ini berdasarkan firman Allāh Azza wa Jalla,

فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ

“Seandainya kamu ingin menceraikan istrimu maka ceraikanlah mereka ketika masa iddah mereka.” (Al-Qur’an Surah Ath-Thalaq 1)

Artinya ceraikanlah mereka ketika mereka tidak sedang Haid, jadi barangsiapa menceraikan istrinya di masa Haid mereka, maka istilahnya ini adalah talak bid’i atau talak yang tidak sesuai sunnah.

Karena cerai itu ada dua, cerai yang sesuai dengan sunnah yaitu seseorang yang menceraikan istrinya ketika dia suci yang belum menyentuh atau belum bersetubuh dengan istrinya atau mentalak istrinya ketika dia sedang hamil yang memang jelas kehamilannya dari suami tersebut.

Adapun menceraikan dalam keadaan istrinya tersebut Haid, maka ini adalah talak bid’i yang diharamkan.

Begitu juga sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika Abdullāh bin Umar menceraikan istrinya ketika istrinya Haid, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan,

مُرْهُ فَلْيُرَاجِعْهَا

“Wahai Umar, beritahukan kepada dia (Abdullāh bin Umar), untuk merujuk kembali.” (Hadits shahih riwayat Muslim no. 1471).

Artinya di sini Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mengizinkan seseorang menceraikan istrinya ketika dia (istri) sedang Haid.

Tapi perlu diketahui, sahabat BiAS yang semoga dimuliakan Allāh Azza wa Jalla. Ada pendapat yang mengatakan bahwasanya cerai ketika Haid itu terjadi tetapi berdosa (wallāhu a’lam) tetapi memang ada juga pendapat yang mengatakan bahwasanya perceraian yang terjadi ketika Haid itu tidak terjadi, wallāhu a’lam.

⑶ Shalat (الصلاة)

Diharamkan bagi wanita yang sedang Haid untuk shalat sebagaimana hadits dari Fāthimah binti Abi Hubaysh,

إِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِي الصَّلاَةَ

“Seandainya engkau sedang Haid, maka tinggalkanlah shalat.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhāri no. 320).

⑷ Berpuasa (الصوم)

Diharamkan bagi wanita yang sedang Haid dan Nifas berpuasa, sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam,

أليس إحداكن إذا حاضت لم تصم ولم تصل؟ قلن: بلى

“Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan kepada para shahabiyah, “Bukankah seandainya kalian sedang Haid kalian tidak berpuasa juga tidak shalat? Kemudian para shahabiyat mengatakan, ‘Iya’.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhāri no. 304).

⑸ Melakukan Thawaf (الطواف)

Berdasarkan sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada ‘Aisyah, ketika ‘Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā sedang Haid,

اِفْعَلِي مَا يَفْعَلُ اَلْحَاجُّ, غَيْرَ أَنْ لَا تَطُوفِي بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِي

“Kondisinya ketika itu Aisyah berhaji, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata kepada Aisyah, “Lakukan apa saja yang dilakukan oleh orang yang haji, hanya saja hendaklah kamu tidak Thawaf di masjidil Haram sampai kamu suci.” (Hadits riwayat Al-Bukhāri no. 305).

⑹ Membaca Al-Qur’an (قراءة القرآن)

Di dalam buku ini dikatakan,

وهو قول كثير من أهل العلم من الصحابة والتابعين ومَنْ بعدهم

Ini adalah perkataan kebanyakan ahli ilmu dari kalangan para sahabat, tabi’in dan orang-orang setelahnya. Tetapi seandainya orang tersebut (orang yang haid dan nifas) harus membaca Al-Qur’an agar tidak lupa atau untuk mengajarkan atau sekedar membaca wiridnya, maka ini diperbolehkan.

⑺ Memegang Mushaf (مس المصحف)

Sebagaimana firman Allāh Azza wa Jalla,

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

“Tidak ada yang menyentuh mushaf kecuali orang-orang yang telah disucikan.” (Al-Qur’an Surah Al-Wāqi’ah Ayat 79).

Di sini ada beberapa tafsiran yang dimaksud dengan الْمُطَهَّرُونَ di antara salah satu tafsirnya adalah yang disucikan dari hadats, maka orang yang masih ada hadatsnya termasuk orang yang Haid dan Nifas tidak boleh memegang mushaf.

دخول المسجد واللبث فيه

⑻ Masuk masjid dan berdiam diri di dalamnya (berlama-lama di dalam masjid).

Sebagaimana sabda Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam,

لا أُحِلُّ المسجد لجنب ولا حائض

“Aku tidak menghalalkan masjid ini bagi orang yang junub atau orang yang sedang Haid.” (Hadits riwayat Abu Dawud no. 232).

Begitu juga seperti Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika i’tikaf maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengeluarkan kepalanya dari masjid ke kamarnya Aisyah kemudian Aisyah di rumahnya sedang Haid lalu Aisyah menyisir rambut Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Akan tetapi jika sekedar untuk lewat atau masuk sebentar saja dengan syarat Haidnya In Syaa Allāh tidak mengotori masjid tersebut maka tidak mengapa.

Thayyib, sahabat BiAS itu saja yang bisa kami sampaikan pada kesempatan kali ini, mudah-mudahan bisa dipahami dan bermanfaat. Wallahu Ta’ala A’lam. Semoga kita diberikan oleh Allah Tabaraka Wa Ta’ala Bimbingan, Taufik, dan Inayah-Nya supaya kita Istiqamah di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

In Syaa Allah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini

Bagikan Ke

About admin.alhanifiyyah

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ahlan Wa Sahlan Para Pengunjung Rahimakumullah Semoga Bisa Mendapatkan Faedah Dan Berbuah Menjadi Amal Jariyah. Barakallahu Fikum...

Check Also

Halaqah 15 – Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu

🌐 WAG Surabaya MengajiProgram KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji 🎙 Oleh: Ustadz …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses