╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
Whatsapp
Grup Islam Sunnah | GiS
*☛ Pertemuan ke-241*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🌏 https://grupislamsunnah.com/
🗓 SENIN
17 Muharram 1444 H
15 Agustus 2022 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
══════════════════
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluhu (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed), shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.
Kaum muslimin dimanapun berada khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluhu. Kita akan membahas sebuah kitab yang ditulis oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu Ta’ala dengan judul: Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam).
Jama’ah rahimakumullah. Kita akan lihat bagaimana Nabi bersikap pula ketika ada musibah yang menimpa cucunya, yang menimpa putrinya.
وَعَنْ أَبِي زَيْدٍ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدِ بْنِ حَارِثَةَ – مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَحُبِّهِ وَابْنِ حُبِّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا – قَالَ: أَرْسَلَتْ بِنْتُ النَّبيِّ ﷺ : إِنَّ ابْنِي قَدِ احْتُضِرَ فَاشْهَدنَا فَأَرْسَلَ يُقْرِئُ السَّلَامَ وَيَقُولُ : ❲ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ❳ فَأَرسَلَتْ إِلَيْهِ تُقْسِمُ عَلَيهِ لَيَأْتِينَّهَا، فَقَامَ وَمَعَهُ سَعْدُ بْنُ عُبَادَةَ، وَمُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ وَزَيْدُ بْنُ ثَابتٍ (١)، وَرِجَالٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَرُفِعَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ ﷺ الصَّبِيُّ فَأَقْعَدَهُ فِي حِجْرِهِ وَنَفْسُهُ تَقَعْقَعُ، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ، فَقَالَ سَعْدٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَا هَذَا ؟! فَقالَ : ❲هَذِهِ رَحْمَةُ اللَّهِ جَعَلَهَا اللَّهُ -تَعَالَى- فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ – وفي رواية: فِي قُلُوبِ مَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ – وَإِنَّما يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبَادِهِ الرُّحَمَاءَ ❳. (متفق عليه)
“Dari Abu Zaid Usamah Ibn Zaid Ibn Haritsah, mantan hamba sahaya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan orang kesayangan Beliau dan putra dari orang kesayangan Beliau radhiyallahu anhuma. Beliau berkata, Putri Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (Zainab radhiyallahu anha) mengutus utusan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahwasanya, “Anakku sedang menghadapi sakratulmaut, maka datanglah kepada kami.” Maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengirim utusan untuk menyampaikan salam dan berpesan bahwa, “Sesungguhnya milik Allah-lah segala yang Dia ambil, dan segala yang Dia berikan, dan segala sesuatu di sisi-Nya memiliki batas waktu yang telah ditentukan. Maka hendaklah bersabar dan mengharapkan pahala (dari Allah).”
Maka putri Beliau (Zainab radhiyallahu anha) mengirim utusan lagi kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa dia bersumpah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam harus datang kepadanya. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berangkat disertai oleh Sa’ad Ibn ‘Ubadah, Mu’adz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, dan beberapa sahabat lainnya radhiyallahu anhum. Maka bayi itu diberikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian Beliau mendudukkannya di pangkuannya. Sementara napas bayi itu tersendat-sendat. Setelah itu kedua mata Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam meneteskan air mata. Kemudian Sa’ad berkata, “Wahai Rasulullah, apa (air mata) ini?”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Ini adalah rahmat Allah yang dijadikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam hati hamba-hamba-Nya; dan di dalam suatu riwayat: di dalam hati orang yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya Allah hanya merahmati orang-orang yang pengasih dari hamba-hamba-Nya.” (Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaih)
Subhanallah, Jama’ah. Ini peristiwa lain yang terjadi di masa Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam dengan putrinya. Zainab punya anak. Anaknya sakit, dan dilihat sedang sekarat. Maka Zainab meminta ayahandanya datang. Orang yang dikirim Zainab untuk menjumpai Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam disuruh balik (pulang, -ed) sama Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam.
فَأَرْسَلَ يُقْرِئُ السَّلَامَ
“Kirim salam sama Zainab. Kemudian katakan kepada Zainab,
❲ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ ❳
Nabi memberikan pelajaran kepada Zainab. Dan ini bacaan yang dianjurkan bagi kita untuk kita sampaikan kepada orang yang terkena musibah, bukan ucapan “turut belasungkawa”, bukan.
Kita takziah kepada orang yang terkena musibah itu, bagaimana keberadaan kita menghibur dia, bagaimana ucapan kita menjadikan dia lebih tenang. Tentunya do’a atau bacaan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam itu sangat mulia sekali. Beliau mengatakan,
إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ
“Sesungguhnya bagi Allah yang diambil.”
Supaya orang sadar, antum punya apa saja, itu milik Allah. Artinya, kalau diambil, itu Allah mengambil milik-Nya.
وَلَهُ مَا أَعْطَى
“Yang dikasih itu juga milik Allah.”
Arti yang diambil ini milik Allah, yang ada pada dirimu sekarang milik Allah.
وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى
Segala sesuatu itu sudah ada ukurannya sama Allah. Baik masalah tempatnya, masalah waktunya, masalah kadarnya, semuanya sudah. Dan ini sebuah nasihat yang agung dari seorang ayah kepada putrinya. Dari seorang Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam kepada umatnya, kepada para sahabatnya.
Orang itu datang menyampaikan ucapan Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam, mengatakan, “Ayahandamu kirim salam, dan dia berkata,
❲ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَلْتَصْبِرْ ❳
“Hendaklah engkau (Zainab radhiyallahu ‘anha) bersabar.” Hendaklah dia bersabar.
❲ وَلْتَحْتَسِبْ ❳
“Hendaklah bersabar dan mengharap pahala (dari Allah).”
Kita sudah belajar itu do’a kalau terkena musibah.
❲ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ، اَللَّهُمَّ اْجُرْنِيْ فِيْ مُصِيْبَتِيْ وَأَخْلِفْ لِيْ خَيْرًا ❳
“Ya Allah, berikan pahala di musibah ini.”
Artinya, seorang ketika terkena musibah, sabar dan mengharap pahala (dari Allah). Itu yang harus dilakukan.
Ternyata Zainab tidak puas, karena dia menginginkan kedatangan ayahandanya. Dia kirim lagi orang, yang orang itu mendapatkan pesan yang lebih tegas lagi. Zainab bersumpah, agar Nabi datang.
Jadi di antara bentuk permintaan yang seharusnya seorang muslim mengagungkan permintaan tersebut, apabila dia meminta dengan nama Allah. “Demi Allah aku minta (dengan nama Allah yang Maha Agung), dan demi Rabbul ‘Alamin aku minta.” Zainab sumpah minta Nabi datang.
Maka kemudian Nabi bangkit, tidak sendirian, sahabat-sahabat ikut. Ada Sa’ad bin ‘Ubadah, salah satu pemimpin orang-orang Anshar. Ada Mu’adz bin Jabal. Ada Ubay bin Ka’ab, penulis wahyu. Mu’adz bin Jabal, yang paling ngerti dengan urusan halal dan haram. Zaid bin Tsabit, dia penulis surat Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam, dan beberapa sahabat lainnya. Berangkat menuju ke rumahnya Zainab bintu Muhammadin radhiyallahu Ta’ala anha wa Shallallahu ‘Alaa Nabiyyina wasallam.
Bayi itu yang tadi dikatakan sekarat, digendong sama Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam. Kemudian diletakkan dipangkuan Beliau dalam kondisi bayi ini memang sedang sekarat. “Hhahh.” Jadi tergoncang dadanya itu, napasnya itu sudah nggak karu-karuan, terkokol (terjemahan bahasa Indonesia, tersengal-sengal) kayak orang ngos-ngosan seperti itu.
Ketika Nabi melihat, begitu pemandangan yang menoreh duka di dalam hati, akhirnya air mata Nabi itu menetes. Dan wallahu a’lam Jama’ah, ana pernah sampaikan entah waktu kajian riyadhus shalihin atau di tempat lain, ana pernah membaca bahwasanya ternyata katanya ini, air mata yang keluar itu sebenarnya ada saraf yang tersambung ke jantung. Semuanya memang dari jantung. Ketika air mata itu turun, itu membuat hati semakin lapang, ada yang dikeluarkan.
Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam meneteskan air mata. Sa’ad bingung. Dia berkata, (mungkin dia pahami bahwa saya nggak boleh menangisi orang yang meninggal). Yang tidak boleh meratapi. Adapun menangisi, nggak ada masalah. Maka Sa’ad mengatakan,
يَا رَسُولَ اللَّهِ! مَا هَذَا
“Ya Rasul, engkau menangis? Apa ini?”
Lalu beliau bertanya, “Apa ini? Kok bisa nangis, Nabi ‘alaihis-shalatu wassalam?” Ia takut itu sesuatu yang tidak boleh. Ternyata Nabi ‘alaihis-shalatu wassalam mengatakan,
هَذِهِ رَحْمَةٌ
“Ini rahmat, ini kasih sayang Allah.”
Jadi seorang bisa menangis, bisa meneteskan air mata. Ini pertanda hatinya lembut dan termasuk juga ikut dalam duka orang yang sedang berduka. Tentu putri Nabi ‘Alaihassalam radhiyallahu Ta’ala ‘anha (Zainab) tentu dia bersedih dengan anaknya yang sekarat, yang kemudian meninggal dunia.
فَقالَ : ❲هَذِهِ رَحْمَةٌ، جَعَلَهَا اللَّهُ -تَعَالَى- فِي قُلُوبِ عِبَادِهِ ❳
“Yang Allah letakkan di jantung hamba-hamba-Nya, kasih sayang ini.”
Jadi kasih sayang itu keluar. Kemudian menjadi butiran-butiran kristal, butiran-butiran mutiara yang berjalan melewati pipi kemudian jatuh ke bumi. Itu rahmat. Dan di riwayat lain dikatakan, yang Allah jadikan di hati orang-orang pilihan Allah, orang-orang yang Allah kehendaki.
Ada orang yang nggak bisa nangis, Jama’ah. Jadi kalau ada orang melihat orang sakit, ditinggal mati, menangis itu biasa. Yang tidak boleh meratapi. Kalau orang mengatakan, “Ya Allah, kita ini ditinggal sama abah kita. Abah yang selalu mengayomi kita, abah yang selalu berbuat baik sama kita. Ya Allah, mudah-mudahan diampuni dosanya.” Sambil meneteskan air mata, nggak ada masalah. Kemudian Nabi mengatakan, Shallallahu ‘alaihi wasallam,
وَإِنَّما يَرْحَمُ اللَّهُ مِنْ عِبادِهِ الرُّحَمَاءَ
“Allah Jalla Jalaluh merahmati dari hamba-hamba-Nya yang pengasih.”
Nggak pengasih nggak dirahmati sama Allah Jalla Jalaluh. Hadits ini diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Muttafaqun ‘Alaih.
Berkaitan dengan takziah. Nabi mengajarkan sebuah do’a. Sebenarnya tidak harus dengan do’a ini, artinya ucapan-ucapan takziah yang mengandung hiburan buat orang yang meninggal dunia, mengandung anjuran buat orang itu untuk bersabar, untuk tabah menerima, boleh. Tapi ucapan ini yang lebih utama untuk kita baca.
[ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ]
Ini ucapan. Lalu kita katakan, “Sabar, ya. Sabar.” Nggak harus pakai bahasa Arab, nggak harus. Kadang kala kita datang ke orang yang meninggal, kita bacakan,
[ إِنَّ لِلَّهِ مَا أَخَذَ، وَلَهُ مَا أَعْطَى، وَكُلُّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى ]
Orang itu nggak ngerti, akhirnya tujuan takziah kita nggak nyampe. Karena orang itu nggak paham. Kalau kita datang kemudian membaca bahasa Arabnya lalu menerjemahkan mengatakan, “Sesungguhnya milik Allah yang Dia ambil, milik Dia yang Dia berikan. Kita ini semua titipan (milik) Allah, dan segala sesuatu itu sudah ada ketentuan-Nya. Kita sedang ngantri untuk mati juga, sehingga antum sabar yang tabah berharap pahala dari Allah Jalla Jalaluh.”
Kemudian berkaitan dengan masalah takziah. Ya, takziah itu bukan ucapan selamat. Syekh Utsaimin menjelaskan bahwasanya, takziah itu bukan ucapan selamat. Takziah itu ucapan hiburan buat orang yang sedang susah.
Jadi bukan dibikin acara tertentu, kemudian pake kursi, pakai lampu-lampu, seakan ada pernikahan, nggak. Datang, takziah, ucapkan do’a itu, pulang! Kita bikinkan makanan untuk orang yang meninggal dunia, supaya dia tidak sibuk dengan memasak karena ditinggal mati oleh keluarganya. Maka itu yang perlu kita belikan, dan kita perlu belajar bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menghibur orang-orang yang terkena musibah. Apa saja. Orang kehilangan kambingnya, kita datang. Karena kita tahu ujian Allah itu bukan hanya kehilangan jiwa, kehilangan harta pun ujian dari Allah Jalla Jalaluh.
Thayyib jama’ah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.
بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
📣 Official Account Grup Islam Sunnah
🌏 Website GiS: https://grupislamsunnah.com
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 Website GBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube:
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article. https://accounts.binance.com/pt-BR/register-person?ref=YY80CKRN