╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
Whatsapp
Grup Islam Sunnah | GiS
*☛ Pertemuan ke-275*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🗓 JUMAT
05 Rabi’ul Awwal 1444 H
30 September 2022 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
💽 Audio ke-75: Bab 04 Kejujuran ~ Pembahasan Hadits dari Sahl bin Hunaif Radhiyallahu ‘Anhu
══════════════════
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluhu (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed), shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.
Kaum muslimin dimanapun berada khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluhu. Kita akan membahas sebuah kitab yang ditulis oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu Ta’ala dengan judul: Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam).
Kita lanjutkan kajian kita.
عَنْ أَبِي ثَابِتٍ – وَقِيلَ: أَبِي سَعِيدٍ، وَقِيلَ: أَبِي الْوَلِيدِ – سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ – وَهُوَ بَدْرِيٌّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ❲مَنْ سَأَلَ اللَّهَ -تَعَالَى- الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ❳ ❊ رَوَاهُ مُسْلِمٌ [١٩٠٩]
“Dari Abu Tsabit, namun ada yang mengatakan dari Abu Sa’id, ada pula yang mengatakan dari Abu Al-Walid Sahl bin Hunaif radhiyallahu ‘anhu, dan dia termasuk peserta Badar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang memohon mati syahid kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan mengantarkannya sampai ketingkatan para syuhada, meskipun dia mati meninggal dunia di atas kasurnya.” (Hadits Riwayat Muslim)
Subhanallah. Hadits keempat dari bab kejujuran ini dari Abu Tsabit, ada yang mengatakan dia Abu Sa’id. Jadi, ini perbedaan di kun-yahnya. Kun-yah (كنية) itu adalah nama yang dimulai dengan kata “Abu” atau “Ummu”. Ada yang mengatakan bahwasanya kun-yahnya Sahl bin Hunaif adalah Abu Tsabit, ada yang mengatakan kun-yahnya adalah Abu Sa’id, ada yang mengatakan kun-yahnya Abu Al-Walid; tapi nama dia adalah Sahl bin Hunaif radhiyallahu Ta’ala ‘anhu.
Disebutkan di sini [ وَهُوَ بَدْرِيٌّ ], dan dia adalah salah satu sahabat yang turut dalam Perang Badar. Kenapa harus dibedakan antara sahabat yang ikut Perang Badar dan yang tidak ikut Perang Badar? Ada keistimewaan tersendiri yang dimiliki oleh sahabat-sahabat yang ikut Perang Badar. Di mana Allah Jalla Jalaluh, kata Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam,
اطَّلَعَ علَى أهْلِ بَدْرٍ
“Allah melongok (memandang) kepada mereka yang ikut Perang Badar.”
Lalu, Allah berkata,
اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكُمْ أَوْ فَقَدْ وَجَبَتْ لَكُمْ الْجَنَّةُ
“Kalian silakan beramal sesuka kalian, sekehendak kalian. Karena sesungguhnya Aku telah mengampuni dosa-dosa kalian.” Atau dalam riwayat lain dikatakan, bahwasanya telah pasti surga untuk kalian.”
Malaikat-malaikat yang ikut Perang Badar, itu juga kedudukannya berbeda dengan malaikat-malaikat yang tidak ikut. Maka pantas ketika Imam Nawawi menyebutkan tentang Sahl bin Hunaif [ وَهُوَ بَدْرِيٌّ ] radhiyallahu Ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi Alaihis-shalatu wassalam bersabda, “Ini tentang kebenaran niat kita, kejujuran permohonan kita sama Allah Jalla Jalaluh.”
Ada orang yang hanya ingin di lisannya, tapi hatinya tidak. Sebagian kita ditanya umpamanya, Mau pulang nih, liburan Ramadhan ini?. “Iya, InsyaaAllah mau pulang.” Tapi hatinya enggak ingin pulang, lisannya yang mengatakan dia ingin pulang. Jadi sebenarnya dia tidak jujur.
Barang siapa yang berdo’a memohon kepada Allah, di sini disebutkan [ الشَّهَادَةَ ] minta mati syahid. Dan kita tahu bahwasanya Syuhada itu kedudukannya setelah “Ash-Shidqu”, bahwasanya derajat Shidq ini satu derajat di bawah Nabi. Disebutkan di surah An-Nisa ayat 69, bahwasanya Allah mengatakan:
{ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمَ ٱللَّهُ عَلَيْهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَ }
“Jadi, barang siapa yang minta mati syahid ❲ بِصِدْقٍ ❳ dengan jujur…”. Enggak main-main permohonan dia. Kata orang Jawa, ada istilah abang-abang lambe. Abang-abang lambe itu ya hanya, hanya buah bibir belaka. Tapi, ini disebutkan ❲ بِصِدْقٍ ❳ minta dia berdo’a untuk mati syahid. Apa yang akan Allah berikan kepada dia? Allah akan,
❲ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ ❳
“Allah akan letakkan dia di kedudukan, di martabat orang-orang yang mati syahid.”
❲ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ ❳
“Walaupun takdirnya dia mati di atas ranjang”. Seperti Khalid bin Walid.
Pernah kita singgung bagaimana di tubuhnya tidak ada satu tempat pun, sejengkal melainkan di situ ada bekas tebasan pedang, ada bekas tusukan tombak, ada bekas anak panah, penuh dengan luka; mati di atas ranjang. Kita nih, enggak tahu mati kita bagaimana, tapi kita perlu meminta kepada Allah, berniat. Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
❲ مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنَ النِّفَاقِ ❳
“Barang siapa yang mati dalam kondisi dia belum berperang dan tidak pernah ngomong sama dirinya untuk berperang, maka dia mati di atas salah satu cabang dari kemunafikan.”
Ini bicara tentang masalah hati. Jujur enggak kita ingin belain Islam? Ingin mengorbankan jiwa raga demi untuk Islam?. Jama’ah rahimakumullah. Berkaitan dengan makna syuhada (orang-orang yang syahid), para ulama menyebutkan bahwasanya di antara para syuhada, orang-orang yang memberikan kesaksian sebenarnya adalah para ulama. Asy-Syaikh bin Utsaimin mengatakan, karena para ulama, adalah memberikan saksi atas keesaan Allah, di surah Ali-‘Imran ayat 18.
{ شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ قَآئِمًۢا بِٱلْقِسْطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ }
“Allah menyatakan, bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah. Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu juga menyatakan yang demikian itu. Tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
{ شَهِدَ ٱللَّهُ … }
Allah memberikan pernyataan, memberikan kesaksian, bahwasanya tiada yang berhak disembah melainkan hanya Dia. Malaikat-malaikat pun demikian memberikan kesaksian.
{ وَأُو۟لُوا۟ ٱلْعِلْمِ }
Dan para ulama, maka mereka termasuk syahid, termasuk dari kalangan syuhada.
Orang yang mati sakit perut, orang yang mati karena penyakit tha’un, yang pernah kita bahas, mereka disebut syuhada. Kemudian, orang-orang yang meninggal di jalan Allah Jalla Jalaluh. Ingat, yang meninggal di jalan Allah, mereka adalah orang-orang yang mati syahid.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, pernah ditanya tentang orang yang berjuang. Dia berperang untuk mendapatkan harta rampasan perang; dia berperang untuk menunjukkan keberanian dia. Ada yang berperang untuk dikenang, ada yang berperang karena fanatisme kelompok.
أَيُّ ذَالِكَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ؟
“Yang mana sih, yang di jalan Allah? Yang mati syahidnya di jalan Allah, yang mana?”
Ini menjadi pigura tentang siapa yang mati syahid dalam peperangan. Ditanya yang mana yang “fii sabilillah”? Kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
❲ مَنْ قَاتَلَ لِتَكُونَ كَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ❳
“Barang siapa yang berperang agar kalimat Allah tegak berdiri di atas (tuh, niatnya itu, menegakkan kalimat Allah Jalla Jalaluh), maka dialah yang di jalan Allah Jalla Jalaluh.”
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu Ta’ala, menjelaskan tentang bagaimana seseorang yang berperang untuk negerinya, membela negaranya. Tergantung, kalau pembelaan dia menyelamatkan negaranya demi kalimat Allah, maka dia “fii sabilillah”. Tapi kalau tidak, ya bukan “fii sabilillah”. Hanya sekadar bela negara; supaya dapat gaji, supaya dikenang, naik pangkatnya, dia enggak “fii sabilillah.”
Dan ingat, di antara para syuhada yang tadi kita sampaikan, yang tertinggi adalah orang-orang yang mati syahid dalam peperangan menegakkan agama Allah Jalla Jalaluh. Ini berkaitan dengan meminta agar mati syahid dengan Shidq, dengan jujur atau dengan benar, enggak main-main. Maka, tatkala kita berdo’a, usahakan nampak di diri kita kesungguhan ketika minta sama Allah.
Di antara bentuk kesungguhan itu adalah:
1) Penuh keyakinan bahwa Allah akan mengabulkan do’a kita. M
2) Kita mohon sama Allah Jalla Jalaluh, sambil mengulang-ulangi do’a kita. Minta lagi sama Allah, minta lagi sama Allah, berulang-ulang.
Karena hal itu menunjukkan kalau dia memang sedang butuh. Tapi, kalau orang datang sekali, minta kemudian pergi, ya bukan orang yang butuh. Ini berkaitan dengan hadits ini.
Thayyib jama’ah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.
بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
📣 Official Account Grup Islam Sunnah
🌏 Website GiS: https://grupislamsunnah.com
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 Website GBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube:
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini