╔══❖•ೋ°📖° ೋ•❖══╗
Whatsapp
Grup Islam Sunnah | GiS
*☛ Pertemuan ke-324*
╚══❖•ೋ°👥° ೋ•❖══╝
🗓 KAMIS
14 Jumadil Awal 1444 H
08 Desember 2022 M
👤 Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📚 Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah
══════════════════
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluhu (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed), shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.
Kaum muslimin dimanapun berada khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluhu. Kita akan membahas sebuah kitab yang ditulis oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu Ta’ala dengan judul: Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam).
Kita masuk ke بَابُ الاسْتِقَامَةِ (Bab Al-Istiqamah). Sering kali kita mendengar ucapan istiqamah. Bahkan banyak orang berdoa atau minta didoakan supaya terus istiqamah, yang artinya berada di jalan yang lurus, melaksanakan perintah Allah, menjaga ketaatan, menjauhi larangan, tidak berlebih-lebihan dalam beragama, tidak belok kanan-kiri, tapi lurus terus.
Di sini Al-Imam An-Nawawi menyebutkan beberapa ayat yang berkaitan dengan istiqamah. Thayyib. Ayat yang selanjutnya.
{ إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ۞ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلۡجَنَّةِ خَٰلِدِيْنَ فِيْهَا جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ }
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Rabb kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap beristiqamah, maka tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, dan mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (Al-Qur’an Surah Al-Ahqaf Ayat 13-14)
Subhanallah, Jama’ah. Kembali kepada pembahasan istiqamah, yaitu melaksanakan perintah Allah, tidak menambah dan tidak mengurangi, berada di tengah, terus menuju Allah.
Tapi tatkala kita mau istiqamah, godaan itu banyak. Ada orang yang berlebih-lebihan, sehingga tidak dikatakan istiqamah walaupun ibadahnya banyak, karena tidak seperti itu disyariatkan. Ada orang yang meremehkan urusan agama, dia pun tidak dikatakan istiqamah.
Orang yang istiqamah, yang mengatakan “Rabbunallah” kemudian istiqamah; lisannya mengatakan Allah adalah Rabbnya, hatinya meyakini, kemudian dia istiqamah; maka tidak ada rasa takut buat mereka dan tidak ada kesedihan buat mereka. Mereka adalah penghuni surga.
Jadi kalau ada orang beragama tapi tidak istiqamah, maka ditakutkan dia mati su’ul khatimah.
{ خَالِدِيْنَ فِيْهَا }
“Mereka akan kekal di dalamnya”
{ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُون }
“Sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.”
Jama’ah, kenikmatan tidak mungkin diraih dengan kenikmatan. Kenikmatan diraih dengan perjuangan. Dan kita ini sekarang ini hidup di dunia, semuanya sedang berjuang. Ana yakin teman yang sekarang sedang berusaha untuk menegakkan agama ini di dirinya, di keluarganya, kadang kala di tentang sama orang tuanya sendiri; ada yang ditentang sama suaminya, ditentang sama istrinya, ditentang sama tetangganya. Tapi ingat, namun kita harus istiqamah.
Na’am, kita masuk kepada hadits-hadits tentang hal ini (istiqamah).
وَعَنْ أَبِيْ عَمْرٍو ـ وَ قِيْلَ : أَبِي عَمْرَةَ ـ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ! قُلْ لِيْ فِيْ الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ قَالَ : ❲ قُلْ : آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ ❳ ❊ رَوَاهُ مُسْلِمٌ [٣٨]
Dari Abu ‘Amr -ada yang mengatakan dari Abu ‘Amrah- Sufyan bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu ia bercerita, aku pernah meminta, “Wahai Rasulullah, ajarkan kepadaku suatu ucapan dalam agama Islam yang aku tidak menanyakan kepada seorang pun selain engkau.” Beliau pun menjawab, “Ucapkanlah, ‘Aku beriman kepada Allah,’ kemudian beristiqamahlah (tetaplah berada di jalan yang lurus).” (Hadits Riwayat Muslim no. 38)
Subhanallah, Jama’ah. Ini ada sahabat yang datang kepada Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam meminta sebuah amalan; meminta sebuah arahan yang dia tidak akan tanya kepada orang lain kecuali sama Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam. Maka Nabi memberikan arahan tersebut. Beliau mengatakan,
❲ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ❳
Katakan, “Aku beriman kepada Allah.”
Katakan dengan lisan, yakini dengan hatinya bahwa Allah pencipta; bahwa Allah yang memiliki, bahwa Allah yang berhak disembah, bahwa Allah yang memiliki nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, itu Allah! Katakan, “Aku beriman dengan Allah.” Yang konsekuensinya ketika seseorang beriman dengan Allah, ya dia yakin; dia menerima apa saja aturan Allah Jalla Jalaluh.
رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا
“Ridha dengan Allah sepenuhnya sebagai Rabbnya.”
❲ ثُمَّ اسْتَقِمْ ❳
“Kemudian istiqamah.”
Istiqamah! Laksanakan apa yang diperintahkan, jauhi yang dilarang. Jadi, tidak cukup seorang mengatakan [ آمَنْتُ بِاللَّهِ ] _aamantu billah_, kemudian dia tidak beramal.
Syaikh bin Utsaimin rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwa hadits ini memberikan keterangan kepada kita sebuah faedah yang agung. Beliau mengatakan bahwa manusia tatkala dia beramal, mengamalkan sesuatu, hendaklah dia menumbuhkan perasaan di dirinya, bahwa dia melakukan itu untuk Allah, untuk Allah dia berbuat, _aamantu billah_ ( آمَنْتُ بِاللَّهِ ).
Yang kedua (pertama: dia berbuat untuk Allah), yang kedua: بِاللَّهِ _billah._
• Yang pertama: لِلَّهِ _(lillah)_ dia beramal.
• Yang kedua: بِاللَّهِ _(billah)_ dia beramal.
Artinya, dia melakukan amalan itu minta tolong sama Allah. Ini konsekuensi seorang yang mengatakan [ آمَنْتُ بِاللَّهِ ]. Maka amalanmu _lillah_, amalanmu _billah_, _wa_ amalanmu _fillah_. Berkaitan dengan _billah_, itu adalah kita beribadah, beramal, ya minta tolong sama Allah. Kalau bukan Allah yang membantu kita, kita tidak bisa melaksanakannya.
• Yang ketiga: فِى اللَّهِ _(fillah)_, artinya kita melaksanakan amalan ini sesuai dengan syariatnya Allah Jalla Jalaluh.
Lalu beliau mengatakan,
فَيَشْعُرُ بِأَنَّهُ يَقُوْمُ بِهِ لِلَّهِ
Dia merasakan di dirinya, bahwa dia melakukan perbuatan ini untuk Allah, ikhlas, _billah_ (minta tolong sama Allah), _fillah_ (mengikuti syariat Allah Jalla Jalaluh).
Dan ini, kata beliau, juga disimpulkan dari firman Allah:
{ إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ ۞ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ }
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (Al-Qur’an Surah Al-Fatihah Ayat 5-6).
• Yang pertama, seorang beramal untuk Allah { إِيَّاكَ نَعۡبُدُ } ikhlas.
• Yang kedua, dia melaksanakan itu “dengan Allah”. Artinya, dengan meminta pertolongan Allah, ketika dia mengatakan { وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ }.
• Dan yang ketiga, dia melaksanakan hal itu _fillah_, ketika dia mengatakan { اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ } yaitu jalan yang lurus, sesuai dengan syariat Allah Jalla Jalaluh.
Maka seorang hendaklah mengatakan [ آمَنْتُ بِاللَّهِ ] tidak hanya dengan lisan; kemudian istiqamah:
_lillahi Ta’ala_ dia melakukan;
_billah_ dia berbuat;
_fillah_ amalan yang dia kerjakan.
Thayyib jama’ah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.
بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
══════ ∴ |GiS| ∴ ══════
📣 Official Account Grup Islam Sunnah
🌏 Website GiS: https://grupislamsunnah.com
📱 Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
📷 Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
🌐 Website GBS: grupbelanjasunnah.com
📧 Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
🎥 YouTube:
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini
One comment
Pingback: Halaqah 125 - Pembahasan Hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu | AL-HANIFIYYAH