Jumat , Juli 11 2025

Halaqah 26 – Sunnah-sunnah dalam Shalat

? WAG Bimbingan Islam

? Oleh: Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
? Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar (الْفِقْهُ الْمُيَسَّرُ)
Panduan Praktis Fikih dan Hukum Islam
? Kitab Shalat

? Halaqah 26 – Sunnah-sunnah dalam Shalat

? Audio, klik disini
════════════════

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، اَلَّذِى أَنْزَلَ شَرِيعَةَ الْإِسْلَامِ هُدًى لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ الْخَاشِعِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أَمَّا بَعْدُ

Ikhwani wa Akhawati Fīllāh, para sahabat Bimbingan Islam (BiAS) yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kemudian kita lanjutkan dengan pembahasan yang kedua yaitu tentang,

▪︎ SUNNAH-SUNNAH SHALAT

Para ulama penulis kitab Al-Fiqh Al-Muyassar mengatakan,

وهي نوعان: سنن أفعال وسنن أقوال

Sunnah-sunnah dalam shalat ada dua macam, yang pertama sunnah-sunnah perbuatan dan sunnah-sunnah perkataan atau ucapan.

أما سنن الأفعال

Adapun sunnah-sunnah berupa perbuatan

فكرفع اليدين مع تكبيرة الإحرام وعند الركوع وعند الرفع منه وحطهما عقب ذلك؛ لأن مالك بن الحويرث كان إذا صلَّى كبَّر، ورفع يديه، وإذا أراد أن يركع رفع يديه، وإذا رفع رأسه من الركوع رفع يديه.وحَدَّثَ أن رسول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صنع ذلك. ووضع اليمين على الشمال وجعلهما على صدره حال قيامه، ونظره في موضع سجوده، وتفرقته بين قدميه قائماً، وقبض ركبتيه بيديه مفرجتي الأصابع في ركوعه، ومد ظهره فيه، وجعل رأسه حياله

Sunnah-sunnah dalam shalat yang berupa perbuatan adalah mengangkat kedua tangan bersama takbiratul ihram (اَللَّهُ أَكْبَرُ) kemudian ketika ruku’, kemudian ketika bangkit dari ruku’ dan disunnahkan meletakkan kedua tangan setelah itu (bangkit dari ruku’). Hal ini berdasarkan hadits riwayat Malik bin Al-Huwairits disebutkan,

أَنَّ مَالِكَ بْنَ الْحُوَيْرِثِ إِذَا صَلَّى كَبَّرَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَحَدَّثَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- كَانَ يَفْعَلُ هَكَذَا

“Bahwasanya Malik Al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu apabila shalat, maka dia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya, dan apabila hendak ruku’, maka dia juga mengangkat kedua tangannya, dan apabila dia mengangkat kepalanya dari ruku’, maka dia mengangkat kedua tangannya, dan dia menceritakan bahwa Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam melakukan demikian itu.” (Hadits riwayat Muslim no. 391).

Jadi apa yang beliau lakukan itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam termasuk perkara yang disunnahkan dalam shalat dalam bentuk adalah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dan meletakkan keduanya di atas dada ketika berdiri dalam shalat.

Kemudian disunnahkan pula menjadikan pandangannya ke tempat sujud (mengarahkan pandangan ke tempat sujud) dan merenggangkan kedua kaki ketika berdiri dengan jarak yang wajar, kemudian disunnahkan kedua tangannya memegang kedua lututnya dengan merenggangkan jari-jari ketika ruku’, kemudian menghamparkan punggung saat ruku’ dan menjadikan kepalanya sejajar dengan punggungnya. Ini adalah sunnah-sunnah berupa perbuatan.

Adapun sunnah-sunnah berupa ucapan atau perkataan dalam shalat, maka seperti membaca do’a istiftah atau do’a iftitah. Apa bacaannya? Sebagaimana yang sudah masyhur di kalangan para penuntut ilmu yaitu bacaan,

اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدتَّ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Ini adalah salah satu bacaan do’a istiftah atau iftitah. Disana juga ada bacaan dengan lafazh yang lain seperti membaca,

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَالِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ، اَللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي

Dan disana juga ada bacaan-bacaan do’a iftitah dengan susunan kalimat yang berbeda. Selagi itu berdasarkan riwayat yang shahih dari Nabi maka boleh dibaca.

Kemudian di antara sunnah-sunnah dalam shalat berupa ucapan yaitu membaca basmalah yaitu (بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ) kemudian membaca ta’awudz (أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيمِ) sebelum membaca Al-Qur’an.

Dalilnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surah An-Nahl Ayat 98. Allāh Ta’āla berfirman,

فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

“Apabila engkau (Muhammad) hendak membaca Al-Qur’an, mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk.”

Kemudian yang disunnahkan dalam shalat berupa ucapan dan perkataan yaitu mengucapkan Aamiin (آمِينَ) hal ini berdasarkan hadits riwayat Wa’il bin Hujr radhiyallāhu ta’āla ‘anhu,

قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- إِذَا قَرَأَ ‏{‏ وَلَا الضَّالِّينَ ‏}‏ قَالَ ‏ “‏ آمِينَ ‏”‏ ‏وَرَفَعَ بِهَا صَوْتَهُ

“Wa’il bin Hujr radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam apabila selesai membaca وَلَا الضَّالِّينَ (Surah Al-Fatihah) beliau mengucapkan آمِينَ dengan suara yang keras.” (Hadits shahih riwayat Abu Dawud no. 932).

Jadi ini termasuk perkara yang disunnahkan di dalam shalat.

Kemudian di antara sunnah-sunnah dalam shalat berupa ucapan adalah membaca surah tambahan setelah membaca Al-Fatihah, apakah satu surah lengkap atau sebagian dari satu surah (membaca beberapa ayat saja). Hal ini berdasarkan hadits riwayat Abu Qatadah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, dia menceritakan,

كَانَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَسُورَةٍ وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ أَحْيَانًا وَيَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الْأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتابِ

“Adalah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam biasa membaca pada dua raka’at pertama dari shalat Zhuhur dan Ashr yaitu surah Al-Fatihah dan surah yang lain, terkadang Beliau memperdengarkan bacaan ayat kepada kami (ini agak sedikit dikeraskan, tetapi tidak keras sebagaimana shalat jahriyyah Maghrib, ‘Isyaa dan Shubuh) dan pada dua raka’at terakhir beliau membaca surah Al-Fatihah saja (tanpa surah yang lain).” (Hadits shahih riwayat Muslim no. 451).

Walaupun boleh juga kadang-kadang membaca surah atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah pada raka’at ketiga dan keempat.

Kemudian di antara sunnah-sunnah dalam shalat berupa ucapan adalah membaca tasbih lebih dari satu kali ketika ruku’ dan sujud. Dalam pelajaran sebelumnya kita wajib membaca do’a ketika ruku’ (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ) dan ketika sujud membaca (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى) satu kali satu kali dan itu hukumnya wajib.

Adapun lebih dari satu kali, kita baca dua kali atau tiga kali, maka ini hukumnya sunnah.

√ Ketika ruku’ kita mengucapkan سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ sebanyak tiga kali.
√ Ketika sujud kita mengucapkan سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى sebanyak tiga kali.

Dan disunnahkan membaca do’a sesudah tasyahud sebelum salam, kita membaca shalawat Ibrahimiyyah kemudian do’a,

اَللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِكَ مِن عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Boleh juga ditambah do’a setelah itu yaitu do’a sebagaimana yang pernah diajarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Mu’adz yaitu bacaan,

اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Ini wasiat Nabi kepada Mu’adz,

يا معاذ : لا تدعن دبر كل صلاة

“Ya Mu’adz, janganlah engkau meninggalkan bacaan di akhir shalat (sebelum salam) اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ ‘Ya Allāh berilah aku pertolongan untuk selalu berdzikir kepadamu, dan selalu bersyukur kepadamu, dan tolonglah aku untuk selalu beribadah kepada-Mu dengan baik’.”

Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini. Wallahu Ta’ala A’lam. Semoga kita diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbingan, taufik, dan inayah-Nya supaya kita istiqamah di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

InSyaaAllah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini

Bagikan Ke

About admin.alhanifiyyah

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ahlan Wa Sahlan Para Pengunjung Rahimakumullah Semoga Bisa Mendapatkan Faedah Dan Berbuah Menjadi Amal Jariyah. Barakallahu Fikum...

Check Also

Halaqah 15 – Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu

🌐 WAG Surabaya MengajiProgram KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji 🎙 Oleh: Ustadz …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses