???? WAG Bimbingan Islam
???? Oleh: Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
???? Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar (الْفِقْهُ الْمُيَسَّرُ)
Panduan Praktis Fikih dan Hukum Islam
???? Kitab Shalat
???? Halaqah 38 – Shalat Sunnah Bagian Ketiga
???? Audio, klik disini
════════════════
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، اَلَّذِى أَنْزَلَ شَرِيعَةَ الْإِسْلَامِ هُدًى لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ الْخَاشِعِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أَمَّا بَعْدُ
Ikhwani wa Akhawati Fīllāh, para sahabat Bimbingan Islam (BiAS) yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
▪︎ Jumlah shalat sunnah Rawatib
Kemudian berapa jumlah shalat sunnah Rawatib? Penulis kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar mengatakan,
وعدد الرواتب عشر ركعات
Jumlah shalat sunnah Rawatib adalah sepuluh raka’at. Dan ia tersebut dalam hadits Ibnu Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta’āla ‘anhu, dia berkata,
حَفِظْتُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغداة وَكَانَتْ سَاعَةً لَا أدْخلُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيهَا حَدَّثَتْنِي حَفْصَةُ أَنَّهُ كَانَ إِذَا طَلَعَ الْفَجْرُ وَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Abdullāh ibnu Umar bin Khaththāb radhiyallāhu ta’āla ‘anhu menceritakan, “Aku menghafal dari Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam dua raka’at sebelum Zhuhur, dua raka’at sesudah Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah ‘Isyaa dan dua raka’at sebelum Shubuh. Ini adalah waktu di mana aku tidak masuk menemui Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam padanya, lalu Hafshah menceritakan kepadaku bahwa apabila fajar terbit dan muadzin telah mengumandangkan adzan Shubuh, maka beliau shalat dua raka’at (shalat sunnah dua raka’at sebelum Shubuh).” (Hadits shahīh Al-Bukhāri no.1181 dan Muslim 729).
Dan Hafshah menceritakan tentang apa yang diperbuat oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam karena Hafshah adalah salah satu istri Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Kemudian penulis kitab mengatakan, seorang muslim sangat dianjurkan atau ditekankan untuk menjaga shalat sunnah Rawatib yang berjumlah dua belas raka’at.
Jadi ada yang mengatakan shalat sunnah Rawatib itu jumlahnya sepuluh raka’at berdasarkan hadits Ibnu Umar bin Khaththāb dan ada pula yang mengatakan bahwasanya shalat sunnah Rawatib jumlahnya adalah dua belas raka’at.
Apa dasarnya? Dasarnya adalah sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يُصَلِّي لِلَّهِ في كُلَّ يَوْمٍ ثِنْتَىْ عَشْرَةَ رَكْعَةً إِلَّا بُنِيَ اللَّه لَهُ بيتا أو الا بني لَهُ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ
“Tidaklah seorang hamba Muslim mengerjakan shalat karena Allāh pada setiap harinya sebanyak dua belas raka’at, melainkan pasti Allāh membangunkan untuknya sebuah rumah atau melainkan pasti dibangunkan untuknya sebuah rumah di Surga.” (Hadits shahih riwayat Muslim no. 728).
Hadits ini menunjukkan dengan jelas tentang jumlah raka’at shalat sunnah Rawatib dalam sehari semalam adalah dua belas raka’at.
Dan hadits ini juga menunjukkan tentang keutamaan shalat sunnah Rawatib yaitu bahwa orang yang rutin mengerjakan shalat sunnah Rawatib setiap hari sebanyak dua belas raka’at maka Allāh akan membuatkan (membangunkan) baginya sebuah rumah di dalam Surga.
MaasyaaAllah فضل الكبير keutamaan yang besar و فضل العظيم keutamaan yang sangat agung dari Allāh bagi orang-orang yang rajin mengerjakan shalat sunnah Rawatib sehari semalam sebanyak dua belas raka’at.
Lalu di mana letak perbedaannya? Antara pendapat yang mengatakan bahwa jumlah shalat sunnah Rawatib yaitu sepuluh raka’at dengan pendapat yang mengatakan shalat sunnah Rawatib jumlahnya dua belah raka’at? Bedanya adalah pada shalat sunnah qabliyah Zhuhur. Shalat sunnah Rawatib yang dikerjakan sebelum Zhuhur.
Di dalam hadits riwayat Ibnu Umar bin Khaththāb disebutkan dua raka’at sebelum Zhuhur namun dalam riwayat lain sebagaimana riwayat Imam At-Tirmidzi dari ummu Habibah bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengerjakan shalat qabla Zhuhur (sebelum Zhuhur) sebanyak empat raka’at.
أَرْبَعًا قَبْلَ اَلظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْمَغْرِبِ , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْعِشَاءِ , وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ اَلْفَجْرِ
Ummu Habibah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā mengatakan, “Empat raka’at sebelum Zhuhur dan dua raka’at sesudah Zhuhur, dua raka’at sesudah Maghrib, dua raka’at sesudah Isya dan dua raka’at sebelum Shubuh.” (Hadits shahih riwayat At-Tirmidzi no. 415).
Maka kalau dihitung jumlahnya adalah dua belas raka’at.
Dalil lain yang menunjukkan bahwa shalat sunnah Rawatib sebelum Zhuhur adalah empat raka’at adalah hadits riwayat Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā, ia menceritakan,
كَانَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَدَعُ أَرْبَعًا قَبْلَ الظُّهْرِ
Kata Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā salah satu istri Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah meninggalkan empat raka’at sebelum Zhuhur.” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhāri no.1182).
Jelas lafazhnya kata Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā bahwasanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah meninggalkan empat raka’at sebelum shalat Zhuhur (qabla Zhuhur).
Aisyah radhiyallāhu ta’āla ‘anhā menyebutkan bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengerjakannya sebanyak empat raka’at. Adapun shalat sunnah Rawatib yang paling mu’akkad (ditekankan) untuk dikerjakan.
Semuanya ditekankan dan dianjurkan tetapi yang paling unggul (utama) adalah shalat sunnah dua raka’at sebelum Shubuh atau qabliyah Fajar. Maka ini adalah shalat sunnah Rawatib yang sangat ditekankan baik dalam keadaan muqim maupun dalam keadaan safar.
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam senantiasa mengerjakan shalat sunnah qabliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar, baik ketika Beliau muqim di kota Madinah atau ketika Beliau dalam keadaan musafir (bepergian jauh) demikian pula shalat Witir.
Adapun shalat sunnah qabliyah Shubuh atau shalat sunnah Fajar maka memiliki keutamaan yang besar yaitu sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam,
رَكْعَتَا اَلْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at sebelum Shubuh adalah lebih baik daripada dunia dan apa yang ada di dalam dunia.” (Hadits shahih riwayat Muslim no. 725).
MaasyaaAllah, maka sudah sepantasnya bagi kita untuk senantiasa bersungguh-sungguh menjaga dan melaksanakan shalat sunnah Rawatib khususnya shalat sunnah qabliyah Shubuh (shalat Fajar). Dua raka’at sebelum shalat Shubuh.
Demikian pelajaran kita pada pertemuan kali ini. Wallahu Ta’ala A’lam. Semoga kita diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbingan, taufik, dan inayah-Nya supaya kita istiqamah di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة
InSyaaAllah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik disini
Halaqah selanjutnya, klik disini
One comment
Pingback: Halaqah 39 - Hukum Shalat Witir, Keutamaan, dan Waktunya | AL-HANIFIYYAH