Senin , April 28 2025

Halaqah 45 – Sebab-sebab Sujud Sahwi Bagian Kedua

???? WAG Bimbingan Islam

???? Oleh: Ustadz Muhammad Wasitho Abu Fawaz, Lc. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
???? Kitab Al-Fiqhu Al-Muyassar (الْفِقْهُ الْمُيَسَّرُ)
Panduan Praktis Fikih dan Hukum Islam
???? Kitab Shalat

???? Halaqah 45 – Sebab-sebab Sujud Sahwi Bagian Kedua

???? Audio, klik di sini
════════════════

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، اَلَّذِى أَنْزَلَ شَرِيعَةَ الْإِسْلَامِ هُدًى لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ إِمَامُ الْخَاشِعِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن، أَمَّا بَعْدُ

Ikhwani wa Akhawati Fīllāh, para sahabat Bimbingan Islam (BiAS) yang semoga dirahmati dan diberkahi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kemudian di antara keadaan yang mewajibkan seseorang untuk mengerjakan sujud sahwi.

٣- أو لحن لحنا يحيل المعنى سهوا؛ لأن عمده يبطل الصلاة، فوجب سجود السهو

⑶ Keadaan ketiga yang mewajibkan seorang muslim mengerjakan sujud sahwi adalah melakukan kesalahan bacaan dengan jelas yang dapat mengubah atau merusak makna bacaan Al-Qur’an (sebabnya karena lupa). Namun kesalahan dalam membaca ayat Al-Qur’an tersebut karena lupa terjadi lahn jali, maka ia wajib sujud sahwi.

Adapun karena sengaja (tidak lupa) lalu mengubah bacaan ayat Al-Qur’an dan kerusakan makna, maka shalatnya batal harus mengulang dari awal, adapun jika karena lupa maka wajib sujud sahwi.

Contoh apa? Bacaan yang keliru, harakat atau hurufnya misalkan dan bisa mengubah makna, contoh dalam membaca Al-Fatihah

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ

“Hanya kepadamu kami beribadah, kami menyembah.”

وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ

“Dan hanya kepada-Mu, kami meminta pertolongan.”

Tapi huruf nun (ن) pada نَعۡبُدُ dan huruf nun (ن) pada نَسۡتَعِينُ di awal kata diubah menjadi تَعۡبُدُ (huruf ta/ت).

إِيَّاكَ تَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ تَسۡتَعِينُ

Maka makna berubah, “Hanya kepadamu engkau menyembah dan hanya kepadamu engkau meminta pertolongan.” ini rusak maknanya.

Kalau terjadi karena lupa, maka wajib sujud sahwi tetapi kalau bersengaja mengubah huruf nun (ن) menjadi huruf ta (ت), إِيَّاكَ نَعۡبُدُ menjadi إِيَّاكَ تَعۡبُدُ, maka membatalkan shalatnya. Ini yang disebut dengan _lahn jali._

٤ – أو ترك واجبا

⑷ Meninggalkannya kewajiban salah satu perkara-perkara yang wajib dalam shalat.

Contohnya apa, perkara-perkara yang wajib di dalam shalat? Bacaan tasyahud awal (ini wajib) kemudian do’a ketika ruku’ dan sujud, jika ini ditinggalkan maka wajib mengerjakan sujud sahwi.

Apa dalilnya? Dalilnya adalah hadits riwayat Ibnu Buhainah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu,

صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ثُمَّ سَلَّمَ‏

“Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam shalat mengimani kami dua raka’at dari shalat-shalatnya, kemudian beliau berdiri sehingga tidak duduk (untuk tasyahud awal), lalu orang-orang berdiri bersama Beliau. Manakala Beliau telah menyelesaikan shalat dan kami menunggu salam Beliau, maka Beliau bertakbir sebelum salam lalu Beliau sujud sahwi dua kali, ketika Beliau duduk (tasyahud akhir) kemudian mengucapkan salam.” (Hadits Riwayat Muttafaqun ‘alaih).

Jadi ada kewajiban dalam shalat yang ditinggalkan seperti duduk tasyahud awal, mestinya duduk namun Nabi berdiri menuju ke raka’at ketiga lalu dalam rangka menutup kekurangan yang terjadi dalam shalat Beliau mengerjakan sujud sahwi sebelum salam (dua kali sujud kemudian salam).

Hadits yang baru saja kita bacakan menunjukkan dan menetapkan bahwa sujud sahwi bagi siapa saja yang meninggalkan tasyahud awal maka wajib-wajib shalat yang lain juga diqiyaskan kepadanya.

Maksudnya jika terjadi kesalahan bagi orang yang shalat sendirian maupun berjama’ah meninggalkan perkara-perkara yang wajib dalam shalat seperti tasyahud awal atau seperti bacaan tasbih ketika ruku’ (سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيم) atau seperti bacaan tasbih ketika sujud (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى) atau bacaan do’a dan dzikir di antara dua sujud (رَبِّ اغْفِرْ لِي), maka mengharuskan atau mewajibkan seorang muslim untuk mengerjakan sujud sahwi.

٥ – ويجب سجود السهو إذا شك في عدد الركعات فلم يدر كم صلى؟ وذالك أثناء الصلاة

⑸ Wajib melakukan sujud sahwi apabila terjadi keragu-raguan pada jumlah raka’atnya sehingga ia tidak mengetahui dengan pasti berapa raka’at yang telah ia kerjakan dari shalatnya.

Apakah saya sudah shalat dua raka’at ataukah sudah tiga raka’at? Ketika shalat Isya dia ragu-ragu, apakah saya baru tiga raka’at atau sudah empat raka’at. Di sini terjadi keragu-raguan, maka dalam kondisi seperti ini wajib untuk melakukan sujud sahwi.

Apabila seorang muslim merasa ragu-ragu, tiga atau empat raka’at dan tidak bisa memilih pilihan yang lebih mendekati kebenaran atau keyakinan tetap bimbang ragu antara bilangan jumlah raka’at yang sedikit atau yang banyak. Maka hendaknya dia memilih yang sedikit.

Tiga atau empat, maka pilih yang tiga raka’at. dua atau tiga raka’at, maka pilih yang dua raka’at. Kecuali jika ada keyakinan, condong kepada salah satu yang lebih yakin misalkan dua atau tiga dan dia condong pada raka’at yang ketiga dan betul-betul kuat dugaannya maka dia lakukan sebagaimana keyakinannya

Dalil yang menunjukkan bahwa seorang yang mengalami keragu-raguan dalam bilangan raka’at shalat disyari’atkan atau diwajibkan untuk sujud sahwi adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu secara umum,

إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ يُصَلِّي جَاءَ الشَّيْطَانُ فَلَبَسَ عَلَيْهِ حَتَّى لَا يَدْرِيَ كَمْ صَلَّى فَإِذَا وَجَدَ ذَالِكَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ

Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya apabila salah seorang di antara kalian berdiri shalat, maka syaithan datang kepadanya lalu mengacaukan shalatnya sehingga dia tidak tahu berapa raka’at dia shalat. Maka apabila salah seorang mendapatkan peristiwa itu, maka hendaknya sujud sahwi dua kali ketika dia sedang duduk (tasyahud akhir).” (Hadits shahih riwayat Al-Bukhāri no. 1231).

Dalam kondisi ini yang bersangkutan berada di antara dua perkara,

• Pertama | Keragu-raguan tetapi tidak ada satu pun yang lebih dominan atau kuat untuk dipilih, maka sikap yang benar adalah dia memilih bilangan raka’at yang paling sedikit. Kalau ragu-ragu antara dua dan tiga raka’at maka pilih tiga raka’at. Karena dalam kondisi seperti itu dia tidak bisa menentukan mana yang lebih kuat atau lebih yakin.

Apa dalilnya? Dalilnya adalah sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam

إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ

“Apabila salah seorang di antara kalian ragu dalam shalatnya lalu dia tidak tahu berapa raka’at dia shalat, tiga atau empat maka hendaknya dia membuang keraguan dan mendasarkan shalatnya atas apa yang diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum mengucapkan salam.” (Hadits shahih riwayat Muslim no. 571).

• Kedua | Apabila dia memiliki dugaan kuat dan mampu untuk mentarjih (menyatakan lebih kuat) salah satu dari kedua kemungkinan yang dirasakannya, maka hendaklah dia mengamalkan apa yang diyakininya, dan dia membangun shalatnya berdasarkan hal tersebut, lalu ia mengerjakan sujud sahwi dua kali berdasarkan sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang orang yang ragu dan bimbang.

Apa kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam?

فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ ثم ليتم عليه أي على التحري ثُمَّ لْيُسَلِّمْ ثُمَّ لْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ بعد أن يسلم

“Maka hendaknya dia berusaha mencari yang benar dengan teliti kemudian menyempurnakan shalatnya berdasarkan atasnya yaitu atas dasar pencarian yang teliti kemudian hendaknya mengucapkan salam, kemudian melakukan sujud sahwi dua kali setelah salam.” (Hadits shahih riwayat Muslim no. 572).

Demikian pelajar kita pada pertemuan kali. Wallahu Ta’ala A’lam. Semoga kita diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbingan, taufik, dan inayah-Nya supaya kita istiqamah di atas sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

InSyaaAllah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini

Bagikan Ke

About admin.alhanifiyyah

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ahlan Wa Sahlan Para Pengunjung Rahimakumullah Semoga Bisa Mendapatkan Faedah Dan Berbuah Menjadi Amal Jariyah. Barakallahu Fikum...

Check Also

Halaqah 15 – Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu

🌐 WAG Surabaya MengajiProgram KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji 🎙 Oleh: Ustadz …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses