Selasa , April 22 2025

Halaqah 171 – Bab 13 Penjelasan tentang Banyaknya Jalan Menuju Kebaikan ~ Pembahasan Hadits Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu

╔══❖•ೋ°????° ೋ•❖══╗
                     Whatsapp             
        Grup Islam Sunnah | GiS
          *☛ Pertemuan ke-371*
╚══❖•ೋ°????° ೋ•❖══╝

???? https://grupislamsunnah.com

????  SENIN
         22 Rajab 1444 H
         13 Februari 2023 M

????  Oleh: Ustadz Dr. Syafiq Riza Basalamah M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى

????  Kitab Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ﷺ) karya Imam Nawawi Rahimahullah

????  Audio ke-171: Bab 13 Penjelasan tentang Banyaknya Jalan Menuju Kebaikan ~ Pembahasan Hadits Abu Dzar Radhiyallahu ‘Anhu

══════════════════

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Segala puji bagi Allah Jalla Jalaluhu (Allah yang Maha Agung dengan keagungan-Nya, -ed), shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan untuk Baginda Nabi kita Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam. Amma ba’du.

Kaum muslimin dimanapun berada khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati oleh Allah Jalla Jalaluhu. Kita akan membahas sebuah kitab yang ditulis oleh Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu Ta’ala dengan judul: Riyadhus Shalihin min Kalami Sayyidil Mursalin (Taman-tamannya Orang-orang yang Shalih dari Sabda-sabda Nabi Muhammad ‘Alaihis-shalatu wassalam).

Thayyib. Kemudian Al-Imam An-Nawawi setelah menyebutkan beberapa ayat, beliau menyebutkan beberapa hadits. Kita akan masuk kepada hadits pertama dalam [ بَابٌ بَيَانِ كَثْرَةِ طُرُوْقِ الْخَيْرِ ] (Baabun bayaani katsrati thuruuqil khairi – Bab penjelasan tentang banyaknya jalan menuju kebaikan, -ed). Na’am.

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَيُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ؟ ❲ الْإِيْمَانُ بِاللَّهِ وَالْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِهِ ❳ قَالَ قُلْتُ : أَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ؟ قَالَ ❲ أَنْفُسَهَا عِنْدَ أَهْلِهَا وَأَكْثَرُهَا ثَمَنًا ❳ قَالَ قُلْتُ : فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ؟ قَالَ : ❲ تُعِيْنُ صَانِعًا أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ ❳ قَالَ قُلْتُ : يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ ضَعِفْتُ عَنْ بَعْضِ الْعَمَلِ؟ قَالَ ❲ تَكُفُّ عَنْ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ ❳ ❊ رَوَاهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ [ الْبُخَارِيُّ (٢٥١٨) وَمُسْلِمٌ (٨٤) ]

Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Wahai Rasulullah, amalan apakah yang paling baik?’ Beliau pun menjawab, ‘Beriman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya.’ Aku pun bertanya lagi, ‘Budak yang manakah yang paling utama?’ Beliau pun menjawab, ‘Budak yang paling bernilai bagi tuannya dan paling mahal harganya.’ Aku pun bertanya, ‘Lalu bagaimana jika aku tidak mampu melakukannya?’ Beliau pun menjawab, ‘Hendaklah kamu membantu orang yang bekerja atau mempekerjakan orang yang tidak bekerja (pengangguran).’
‘Ya Rasulullah, bagaimana pendapat engkau kalau aku sendiri tidak mampu berbuat sesuatu (bekerja)?’ tanyaku lagi. Beliau menjawab, ‘Hendaklah kamu mencegah kejahatanmu dari orang lain, sebab hal itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu sendiri’.” (Hadits Riwayat Muttafaqun ‘Alaihi; Al-Bukhari nomor 2518 dan Muslim nomor 84)

Jama’ah rahimakumullah. Hadits pertama adalah hadits dari Abu Dzar, seorang sahabat Nabi yang memiliki banyak wasiat-wasiat dari Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam. Ini Abu Dzar radhiyallahu Ta’ala ‘anhu bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Coba kita lihat kualitas pertanyaan mereka dengan pertanyaan kebanyakan dari kita. Para sahabat ketika bertanya, bertanya tentang amalan yang paling afdhal (yang paling utama). Sebagian di antara kita kalau bertanya, yaa.. Ustadz, minta amalan supaya cepat nikah; minta amalan supaya yaa.. cepat dapat pekerjaan. Kalau kita lihat para sahabat Nabi, mereka tanya amalan yang paling afdhal (yang paling utama) untuk diamalkan, bukan sebagai wawasan, Oh aku kepingin tahu, apa sih..? Enggak! Mereka memang ingin mengamalkannya.

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ

“Amalan apa yang paling dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala?”

Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam menjelaskan:
• Shalat tepat waktu.
• Birrul walidain (berbakti kepada orang tua).
• Berjihad di jalan Allah.

Di sini Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

يَا رَسُوْلَ اللَّهِ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ

“Amalan apa yang paling afdhal (yang paling utama)?”

Ini pertanda amalan itu banyak, bertingkat-tingkat. Kita bisa memilih mana yang bisa kita lakukan. Maka kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:

❲ الْإِيمَانُ بِاللَّهِ ❳

“Iman kepada Allah”

Sebagai inti semua amalan, iman.

{ مَنۡ عَمِلَ صَالِحًا مِّنۡ ذَکَرٍ اَوۡ اُنۡثٰی وَهُوَ مُؤۡمِنٌ…  }

“Barang siapa yang beramal shalih, laki-laki maupun wanita dalam kondisi dia beriman,…” (Al-Qur’an Surah An-Nahl Ayat 97)

Allah sering kali memanggil,

{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا… }

“Wahai orang-orang yang beriman…”

Karena inilah yang menjadi akar sebuah pohon amalan yang besar sekali. Orang kalau banyak amalannya tanpa iman, maka enggak ada guna.

❲ وَالْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللَّهِ ❳

“Dan berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala”

Ingat! Berjihad di jalan Allah adalah jihad yang menginginkan tegaknya kalimat Allah Jalla Jalaluh. Ada yang berjihad untuk kelompoknya, ada yang berjihad untuk negerinya, ada yang berjihad untuk kampungnya. Apabila jihad itu kosong dari niat lillahi Ta’ala, maka bukan di jalan Allah Jalla Jalaluh.

Seorang yang mempertahankan negerinya, itu sejatinya mempertahankan negeri ini. Kita mempertahankan negara kita, Indonesia yang kita cintai. Tapi yang muslim, yang kafir, semua mempertahankan. Sama kewajiban mereka mempertahankan negerinya. Tapi apa yang membedakan mukmin sama kafir? Di sini ada niat lillahi Ta’ala dia mempertahankan negerinya. Bukan untuk gaji, tapi ada niat agar negeri yang dicintai Allah ini, agar bumi Allah tetap terjaga dan ditegakkan di sana perintah-perintah Allah Jalla Jalaluh.

Lalu

قُلْتُ

“Lalu aku bertanya lagi”

أَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ

“Budak mana yang paling mulia untuk dibebaskan?.”

Jadi perbudakan itu memang ada. Jadi kalau kita membaca ayat-ayat dalam Al-Qur’anul Karim,

{ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ }

“Atau budak-budak yang dimiliki oleh kalian.”

Seperti tatkala berbincang tentang menikah, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,

{ فَٱنكِحُوا۟ مَا طَابَ لَكُم مِّنَ ٱلنِّسَآءِ مَثْنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَ ۖ  فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ فَوَٰحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَٰنُكُمْ ۚ }

“Kalau kalian takut tidak bisa berbuat adil, maka cukup satu, atau budak-budak kalian.” (Al-Qur’an Surah An-Nisaa Ayat 3)

Jadi ini hal yang diketahui telah terjadi di masa itu. Dan Islam datang untuk membebaskan perbudakan. Makanya banyak amalan yang di situ penebusan dosa yang dilakukan (kalau itu sebuah dosa) adalah dengan membebaskan budak. Tapi ada yang membebaskan budak tanpa orang itu melakukan sebuah kesalahan, tapi ingin berbuat baik. Maka Abu Dzar bertanya, “Budak mana yang paling mulia untuk dibebaskan?.” Kata Nabi ‘Alaihis-shalatu wassalam,

❲ أَنْفُسَهَا عِنْدَ أَهْلِهَا وَأَكْثَرُهَا ثَمَنًا ❳

“Budak yang paling bernilai bagi tuannya.”

Artinya, budak yang paling disayangi oleh majikannya dan paling mahal harganya.

Kalau seorang memiliki 100 budak umpamanya, budak itu macam-macam; ada yang pintar kerjanya, ada yang taat, ada yang bagus sehingga dicintai oleh majikannya, dan paling mahal harganya, itu yang dibebaskan, MaasyaaAllah.

Subhanallah, Jama’ah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan,

{ لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ }

“Kalian tidak akan mencapai tingkat “بِرَّ” (kesempurnaan), sampai menginfakkan sesuatu yang kalian cintai.” (Al-Qur’an Surah Ali-‘Imran Ayat 92)

Maka ini yang paling mulia dari banyak shadaqah, dari banyak pemberian yang engkau keluarkan. Disebutkan bahwa Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu,

إِذَا أَعْجَبَهُ شَيْءٌ مِنْ مَالٍ تَصَدَّقَنِيْ

‘Umar itu kalau punya harta banyak ya, umpamanya kambing, unta atau apa, kalau ada yang paling dia cintai, dia shadaqahkan. Sebagai bentuk apa? Perwujudan dari ayat yang baru saja kita bacakan, “Kalian tidak akan mencapai tingkat بِرَّ (kesempurnaan), sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai.”

Ini nih, yang paling utama yang ditanya oleh Abu Dzar.

قُلْتُ : فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ

“Bagaimana kalau aku tidak melakukan itu?.” Artinya mungkin enggak mampu, enggak punya. Ya sudah, kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Beralih kepada amalan shalih yang lainnya.

Banyak amal shalih itu. Jangan kemudian seorang muslim karena tidak bisa bershadaqah, tidak bisa ikut berpartisipasi dalam membangun masjid, lalu dia diam saja. Aduh, kayaknya ana memang enggak bisa berbuat baik. Enggak! Banyak amal kebajikan. Di sini disebut,

❲ تُعِيْنُ صَانِعًا ❳

“Engkau membantu orang yang bekerja.”

Ada orang yang bikin sesuatu perlu bantuan, antum bantu dia. Ada orang yang sedang mengangkat sesuatu perlu bantuan, antum bantuin dia.

Kita lihat Jama’ah ya, kadang kala, Subhanallah, kalau dulu tuh orang kampung kalau mau mengangkat-angkat sesuatu, yang jualan biasanya, itu disusun di atas kepalanya. Kadang kala dia enggak bisa mengangkat sendiri. Kita yang melihat hal itu, kita bantu. Enggak keluar duit, keluar tenaga. Kita bantu dia. Mungkin bantu dengan informasi, apa saja yang bisa kita lakukan.

❲ أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ ❳

Di sini diterjemahkan “atau engkau mempekerjakan orang yang tidak bekerja”. Disebutkan bahwasanya Al-akhraq (الْأَخْرَقَ) adalah orang yang tidak mampu mengerjakan apa yang dia inginkan secara sempurna. Jadi ada orang-orang yang tadi, dia kerja selalu enggak beres. Antum bisa bantu dia. Antum membuka lapangan pekerjaan buat orang-orang. Jadi begitu indahnya tatkala engkau bisa mempekerjakan 100 orang, punya pekerja 100 orang. Engkau bisa berbagi rezeki sama mereka.

Walaupun kita melihat sekarang, dengan masuknya teknologi, banyak pabrik-pabrik yang mem-PHK pekerjanya. Dia lebih memilih mempekerjakan mesin yang dia beli dengan harga mahal daripada dia mempekerjakan -umpamanya- 100 orang. Mesin, cukup satu mesin. Tapi ketika dia mengatakan, Enggak, ana enggak mau pakai mesin, ana mau pakai orang-orang supaya ana bisa bantu dia, ini masuk dalam hadits ini. Orang yang tidak mampu, kau bantu dia, engkau buka lapangan kerja.

Ada seorang yang maasyaaAllah, Jama’ah. Kadang kala dia tahu, jarak tempuh dia itu hanya 100 meter atau 200 meter. Dia bisa jalan kaki. Dia bisa. Tapi dia lihat ada tukang becak yang sedang menanti. Baru turun dari stasiun umpamanya, dan ada tukang becak yang sedang menanti. Ya sudah, engkau panggil tukang becak, naik becaknya dia. Artinya membuka lapangan kerja buat dia, sehingga dia bisa bekerja dan kita bisa berbagi sama dia. Jadi banyak sekali pintu-pintu kebaikan.

Thayyib. Kalau engkau.., Lalu Abu Dzar bertanya,

قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ

“Gimana pendapatmu, kalau aku enggak bisa melakukan beberapa amalan, karena lemah?.” Kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Ini tingkatan terakhir seseorang. Yang tidak bisa berbagi kebaikan, maka dia menahan diri dari berbuat buruk. Jangan nyakitin orang, jangan ganggu orang. Itu sudah shadaqah, terhitung engkau bershadaqah kepada dirimu sendiri.

Maka kata Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

❲ تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ ❳

“Engkau menahan diri dari berbuat buruk, itu sudah shadaqah.”

Jadi, kita nih yang kadang kala melihat teman-teman yang diberbagai medsos, dia kadang kala menulis tulisan yang isinya cacian, makian, komentar-komentar buruk yang seharusnya tidak keluar dari seorang Muslim. Maka orang kalau bisa menjaga diri dari berbuat buruk, itu sudah shadaqah. Jangan sampai kita, yang itu pun enggak melakukan. Yang paling ringan nih, sudah enggak keluar duit, keluar energi.. Apa? Ya diam. Enggak usah nyakitin orang. Itu sudah shadaqah.

Subhanallah, Jama’ah. Ini ada berapa banyak nih, amal-amal kebajikan. Jama’ah rahimakumullah, itu yang bisa kita kaji. Semoga ilmu yang kita kaji hari ini berguna buat kita dan bisa kita amalkan dalam kehidupan kita. Dan semoga Allah menerima amalan kita. Sampai berjumpa kembali.

بَارَكَ اللَّهُ فِيكُمْ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

══════ ∴ |GiS| ∴ ══════ 

???? Official Account Grup Islam Sunnah

???? Website GiS: https://grupislamsunnah.com
???? Fanpage: web.facebook.com/grupislamsunnah
???? Instagram: instagram.com/grupislamsunnah
???? Website GBS: grupbelanjasunnah.com
???? Telegram: t.me/s/grupislamsunnah
???? YouTube:

Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini

Bagikan Ke

About admin.alhanifiyyah

Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh. Ahlan Wa Sahlan Para Pengunjung Rahimakumullah Semoga Bisa Mendapatkan Faedah Dan Berbuah Menjadi Amal Jariyah. Barakallahu Fikum...

Check Also

Halaqah 15 – Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu

🌐 WAG Surabaya MengajiProgram KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji 🎙 Oleh: Ustadz …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses