🌐 WAG Surabaya Mengaji
Program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)
≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji
🎙 Oleh: Ustadz Muhammad Yusuf Rustam, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi (Ringkasan Memuliakan Ilmu) karya Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-‘Ushaymi رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📖 Halaqah 4 – Mengikhlaskan Niat dalam Belajar
🔊 Audio, klik di sini
══════════════════
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ،
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Pertemuan yang keempat dari program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas), Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi, simpul kedua Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi. Berkata Syaikh Shalih Al-‘Ushaymi Hafizhahullahu Ta’ala:
اَلْمعقد الثَّانِي: إِخْلَاصُ النِّيَّةِ فِيهِ
Simpul yang kedua adalah perlunya kita mengikhlaskan niat di dalam menuntut ilmu syar’i, kenapa demikian?
إِنَّ إِخْلَاصَ الْأَعْمَالِ أَسَاسُ قَبُولِهَا وَسُلَّمُ وُصُولِهَا
Dikarenakan mengikhlaskan amal ibadah yang kita lakukan adalah pondasi dasar diterimanya amalan tersebut dan tangga untuk bisa sampai kepada tujuan, yaitu keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ
Allah Ta’ala berfirman: “Mereka itu tidaklah diperintahkan, kecuali untuk beribadah kepada-Nya, dengan cara mengikhlaskan segala bentuk ibadah untuk-Nya; sebagai orang-orang yang Hanif.” (Al-Qur’an Surah Al-Bayyinah [98] ayat 5).
Dengan cara ikhlas, agama ia ikhlaskan hanya untuk Allahu Ta’ala dan itupun harus lurus tidak toleh kanan, tidak toleh kiri. Dia hanya menunjukkan wajahnya hanya kepada Allah Subhanah wa Ta’ala.
وَفِي الصَّحِيحَيْنِ، عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنَِيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Di dalam shahihain (Shahih Al-Bukhari dan Muslim), dari ‘Umar bin khottob radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya, dan masing-masing orang akan diganjar (diberi pahala) sesuai dengan apa yang dia niatkan.” (Hadits shahih Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
وَمَا سَبَقَ مَنْ سَبَقَ وَلَا وَصَلَ مَنْ وَصَلَ مِنَ السَّلَفِ الصَّالِحِينَ إِلَّا بِالْإِخْلَاصِ اللَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Tidaklah salaf kita yang shalih itu mendahului kita, jauh meninggalkan kita, telah sampai pada tujuan yang begitu jauh, tidaklah sampai pada tujuan yang begitu jauh itu, kecuali dengan cara ikhlas hanya untuk Allah Rabbil ‘aalamiin (Rabb semua alam). Jadi, mereka bisa sampai kepada derajat yang begitu tinggi, karena keikhlasan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka hanya peruntukkan amal ibadah mereka hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
قَالَ أَبُو بَكْرٍ الْمَرُّوذِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ: سَمِعْتُ رَجُلًا يَقُولُ لِأَبِي عَبْدِ اللَّهِ -يَعْنِي أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلَ- وَذُكِرَ لَهُ الصِّدْقَ وَالْإِخْلَاصَ، فَقَالَ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ: بِهَٰذَا ارْتَفَعَ الْقَوْمُ
Abu Bakr Al-Marrudzi rahimahullah berkata: “Aku mendengar seseorang berkata kepada Abu ‘Abdillah, yaitu Ahmad ibnu Hambal, tentang perkara kejujuran dan keikhlasan. Maka Imam Ahmad pun menanggapi dengan berkata, ‘dengan inilah terangkatnya sebuah kaum (menjulang tinggi prestasinya).”
وَإِنَّمَا يَنَالُ الْمَرْءُ الْعِلْمَ عَلَى قَدْرِ إِخْلَاصِهِ
Begitu pula orang itu dia bisa menggapai ilmu syar’i tergantung sejauh mana keikhlasan dia. Yang menjadi pertanyaan apa yang dimaksud ikhlas dalam menuntut ilmu syar’i?
وَالْإِخْلَاصُ فِي الْعِلْمِ يَقُومُ عَلَى أَرْبَعَةِ أُصُولٍ
Maksud dari ikhlas dalam ilmu syar’i adalah jika ia berada di atas empat pondasi, jika empat pondai ini terpenuhi pada seorang penuntut ilmu syar’i, maka bisa dikatakan ia telah ikhlas di dalam menuntut ilmu syar’i, apa yang dimaksud empat hal tersebut?
بِهَا تَتَحَقَّقُ نِيَّةُ الْعِلْمِ لِلْمُتَعَلِّمِ إِذَا قَصَدَهَا
Empat pondasi ini akan mewujudkan niatan ilmu bagi orang yang belajar, jika ia menghendakinya, di antaranya, yaitu:
الْأَوَّلُ: رَفْعُ الْجَهْلِ عَنْ نَفْسِهِ، بِتَعْرِيفِهَا مَا عَلَيْهَا مِنَ الْعُبُودِيَّاتِ وَإِيقَافِهَا عَلَى مَقَاصِدِ الْأَمْرِ وَالنَّهْيِ
Yang pertama: Yaitu ia berniat untuk mengangkat kejahilan dari dirinya. Dengan cara mengenalkan jiwanya dengan ibadah-ibadah yang wajib ia kerjakan. Dirinya diajak melihat maqoshid (maksud-maksud) dibalik perintah dan larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi, mengenalkan dirinya tentang perintah Allah itu apa saja, ibadah yang wajib itu apa saja, larangan-larangan Allah itu apa saja, kemudian apa hikmahnya dibalik semua itu. Ini yang disebut mengangkat kebodohan pada dirinya. Baarakallaahu Fiikum.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة
InSyaaAllah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini
MaaSyaaAllah. Baarakallaahu Fiik.
Wa Fiik Baarakallaah.