Halaqah 5 – Senantiasa Introspeksi Keikhlasan

Related Articles

Halaqah 48 – Beberapa Kejadian di Padang Mahsyar Bagian Pertama

15 Januari 2025

Halaqah 18 – Mustahabbat (Sunnah-sunnah) Haji Bagian Kelima

14 Januari 2025

🌐 WAG Surabaya Mengaji
Program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)
≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji

🎙 Oleh: Ustadz Muhammad Yusuf Rustam, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi (Ringkasan Memuliakan Ilmu) karya Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-‘Ushaymi رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى

📖 Halaqah 5 – Senantiasa Introspeksi Keikhlasan

🔊 Audio, klik di sini
══════════════════

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Pertemuan yang kelima dari program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas), Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi, melanjutkan simpul kedua Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi. Berkata Syaikh Shalih Al-‘Ushaymi Hafizhahullahu Ta’ala:

اَلثَّانِي: رَفْعُ الْجَهْلِ عَنِ الْخَلْقِ

Pondasi yang kedua, yang bisa dikatakan orang itu telah ikhlas di dalam menuntut ilmu syar’i adalah mengangkat kebodohan dari orang lain. Jadi, maknanya ikhlas dalam menuntut ilmu syar’i yang pertama mengangkat kebodohan dari dirinya sendiri, yang kedua mengangkat kebodohan dari orang lain. Gimana caranya?

بِتَعْلِيمِهِمْ وَإِرْشَادِهِمْ لِمَا فِيهِ صَلَاحُ دُنْيَاهُمْ وَآخِرَتِهِمْ

Dengan cara mengajari mereka, memberikan arahan kepada mereka terkait hal-hal yang bermanfaat yang isinya maslahat untuk dunia mereka dan akhirat mereka. Ini maknanya ikhlas yang kedua di dalam menuntut ilmu syar’i.

اَلثَّالِثُ : إِحْيَاءُ الْعِلْمِ وَحِفْظُهُ مِنَ الضَّيَاعِ

Yang ketiga: Menghidupkan ilmu dan menjaganya dari kehilangan (supaya tidak hilang). Ilmu syar’i harus dihidupkan dan dijaga jangan sampai hilang ilmu ini. Caranya dengan terus dihafalkan, dimuroja’ah (diulang-ulang), dan diajarkan.

اَلرَّابِعُ : اَلْعَمَلُ بِالْعِلْمِ

Makna ikhlas yang keempat setelah menghidupkan ilmu dan menjaganya, yakni mengamalkan ilmu yang telah dia pelajari.

وَلَقَدْ كَانَ السَّلَفُ رَحِمَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى يَخَافُونَ فَوَاتَ الْإِخْلَاصِ فِي طَلَبِهِمُ الْعِلْمَ

Dan sungguh salaf kita Rahimahumullaahu Ta’ala dahulu kala begitu takutnya mereka itu jangan-jangan terlewatkan ikhlas tidak ada di dalam dadanya ketika mereka sedang menuntut ilmu syar’i.

فَيَتَوَرَّعُونَ عَنْ أَدِّعَائِهِ لَا أَنَّهُم لَمْ يُحَقِّقُوهُ فِي قُلُوبِهِمْ

Sehingga mereka menghindari mengaku-ngaku jika mereka sudah ikhlas. Bukan karena mereka belum mengerjakannya di dalam hati mereka, tapi karena takut terlupakan dan seterusnya.

سُئِلَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: هَلْ طَلَبْتَ الْعِلْمَ لِلَّهِ

Imam Ahmad bin Hambal Rahimahullah Ta’ala ditanya: “Apakah kamu sudah ikhlas, sudah meniatkan untuk Allah Ta’ala di dalam menuntut ilmu syar’i?.”

فَقَالَ: وَاللَّهِ عَزِيزٌ، وَلَٰكِنَّهُ شَيْءٌ حُبِّبَ إِلَيَّ فَطَلَبْتُهُ

Maka beliau menjawab: Ini berat sekali pertanyaannya, akan tetapi ini perkara yang Allah telah menjadikan saya cinta kepada dia sehingga saya mencarinya, mengejarnya.

وَمَنْ ضَيَّعَ الْإِخْلَاصَ فَاتَهُ عِلْمٌ كَثِيرٌ وَخَيْرٌ وَفِيرٌ

Sehingga siapa yang menyia-nyiakan, meninggalkan keikhlasan di dalam menuntut ilmunya tadi, maka akan banyak ilmu yang ketinggalan, tidak dia dapatkan, dan begitu banyak pula kebaikan yang terlewatkan darinya.

وَيَنْبَغِي لِقَاصِدِ السَّلَامَةِ أَنْ يَتَفَقَّدَ هَٰذَا الْأَصْلَ وَهُوَ الْإِخْلَاصُ فِي أُمُورِهِ كُلِّهَا دَقِيقِهَا وَجَلِيلِهَا سِرِّهَا وَعَلَنِهَا

Sehingga siapapun yang dia ingin mendapatkan keselamatan hendaknya senantiasa merasakan kehilangan ikhlas ini di dalam semua perkaranya. Mau yang sangat rinci, sangat lembut maupun yang sangat nampak, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan.

وَيَحْمِلُ عَلَى هَٰذَا التَّفَقُدِ شِدَّةُ مُعَالَجَةِ النِّيَّةِ

Bersamaan itu dia merasa kehilangan terus dia juga harus senantiasa berusaha mengobati, berusaha untuk menyembuhkan niatan dia untuk bisa ikhlas kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

قَالَ سُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: مَا عَالَجْتُ شَيْئًا أَشَدَّ عَلَيَّ مِنْ نِيَّتِي لِأَنَّهَا تَتَقَلَّبُ عَلَيَّ

Sufyan Ats-Tsauri Rahimahullah Ta’ala berkata, “Tidak pernah aku mengobati sesuatu yang sangat berat bagi diriku melebihi aku mengobati niatku, karena niatan ini senantiasa bolak-balik, tidak bisa tetap.”

بَلْ قَالَ سُلَيْمَانُ الْهَاشِمِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى: رُبَّمَا أُحَدِّثُ بِحَدِيثٍ وَاحِدٍ وَلِيَ نِيَّةٌ فَإِذَا أَتَيْتُ عَلَى بَعْضِهِ تَغَيَّرْتِ نِيَّتِي فَإِذَا الْحَدِيثُ الْوَاحِدُ يَحْتَاجُ إِلَى نِيَّاتِ

Sulaiman Al-Hasyimi Rahimahullahu Ta’ala berkata, “Terkadang saya ini menyampaikan satu hadits, saya punya niatan ternyata baru membaca setengahnya atau sebagiannya saja niatku sudah berubah. Ternyata hadits satu saja butuh banyak niatan untuk bisa digabungkan dan dirapikan semuanya ikhlas Lillaahi Ta’ala.”. Baarakallaahu Fiikum.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

InSyaaAllah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini