Halaqah 8 – Memprioritaskan Al-Qur’an dan Sunnah

Related Articles

Halaqah 48 – Beberapa Kejadian di Padang Mahsyar Bagian Pertama

15 Januari 2025

Halaqah 18 – Mustahabbat (Sunnah-sunnah) Haji Bagian Kelima

14 Januari 2025

🌐 WAG Surabaya Mengaji
Program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)
≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji

🎙 Oleh: Ustadz Muhammad Yusuf Rustam, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi (Ringkasan Memuliakan Ilmu) karya Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-‘Ushaymi رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى

📖 Halaqah 8 – Memprioritaskan Al-Qur’an dan Sunnah

🔊 Audio, klik di sini
══════════════════

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Pertemuan yang kedelapan dari program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas) Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi, simpul keempat Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi. Berkata Syaikh Shalih Al-‘Ushaymi Hafizhahullahu Ta’ala:

اَلْمَعْقِدُ الرَّابِعُ: صَرْفُ الْهِمَّةِ فِيهِ إِلَى عِلْمِ الْقُرْآنِ وَالسَّنَّةِ

Himmahnya dia atau ambisinya dia kumpulkan kemudian dia arahkan kepada ilmu Al-Qur’an dan ilmu sunnah. Kenapa demikian?

إِنَّ كُلَّ عِلْمٍ نَافِعٍ مَرَدُّهُ إِلَى كَلَامِ اللَّهِ وَكَلَامِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبَاقِي الْعُلُومِ إِمَّا خَادِمٌ لَهُمَا

Semua ilmu yang bermanfaat pasti ada kaitannya bersumber dari kalam Allah atau dari kalam Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga dengan demikian sisa-sisa ilmu tadi bisa kita pastikan bisa jadi masih ada kaitannya di dalam Al-Qur’an dan sunnah, sehingga bisa jadi membantu untuk kita bisa paham kepada Al-Qur’an dan sunnah kita.

فَيُؤْخَذُ مِنْهُ مَا تَتَحَقَّقَ بِهِ الْخِدْمَةُ

Maka, ilmu di luar Al-Qur’an dan Sunnah yang masih ada kaitannya, kita ambil secukupnya. Yang bisa membantu kita memahami Al-Qur’an dan Sunnah.

أَوْ أَجْنَبِيٌّ عَنْهُمَا فَلَا يَضُرُّ الْجَهْلُ بِهِ

Atau kemungkinan kedua memang tidak ada kaitannya dengan Al-Qur’an dan sunnah. Sehingga kita tidak kenal ilmu inipun sebetulnya tidak ada efek atau dampak negatif apa-apa bagi diri kita. Maka tidak perlu kita perhatian serius pada ilmu-ilmu tersebut.

وَمَا أَحْسَنَ قَوْلَ عِيَاضٍ الْيَحْصُبِيِّ فِي كِتَابِهِ الْإِلْمَاعِ: اَلْعِلْمُ فِي أَصْلَيْنِ لَا يَعْدُوهُمَا إِلَّا الْمُضِلُّ عَنِ الطَّرِيقِ اللَّاحِبِ

Maka betapa indahnya ucapan ‘Iyadh Al-Yahsubi di dalam kitabnya Al-Ilma’: Ilmu itu ada pada dua pondasi dasar, tidak mungkin keluar dari dua pondasi dasar tersebut. Kecuali dia akan tersesat, keluar dari jalan yang sudah jelas, terang, dan pasti. Lantas apa dua ilmu yang menjadi dua pondasi dasar, yang semua kebaikan ada di dalamnya?

عِلْمُ الْكِتَابِ وَعِلْمُ الْآثَارِ الَّتِي قَدْ أُسْنِدَتْ عَنْ تَابِعٍ عَنْ صَاحِبِ

Yaitu ilmu kitab (Al-Qur’an) dan ilmu atsar (sunnah) yang telah disandarkan (tersambung) kepada tabi’in dari tabi’in sahabat.

وَقَدْ كَانَ هَٰذَا هُوَ عِلْمُ السَّلَفِ عَلَيْهِمْ رَحْمَةُ اللَّهِ

Inilah dahulu kala ilmunya para salaf seperti ini, yakni ilmu kitab dan ilmu sunnah, ilmu Al-Qur’an dan ilmu sunnah.

ثُمَّ كَثُرَ الْكَلَامُ بَعْدَهُمْ فِيمَا لَا يَنْفَعُ

Kemudian setelah mereka datanglah ilmu kalam yang tidak ada manfaatnya.

فَالْعِلْمُ فِي السَّلَفِ أَكْثَرُ وَالْكَلَامُ فِيمَنْ بَعْدَهُمْ أَكْثَرُ

Sehingga ilmu syar’i itu ada banyak pada salaf kita dan sayangnya khalaf datang dengan kalam (ngobrol, diskusi) banyak buang-buang waktu dalam diskusi (jidal, berdebat). Adapun salaf ilmunya dengan mendengarkan talaqqi mengambil dari syaikhnya, tidak banyak jidal (mendebat). Adapun orang belakangan banyak ngomongnya sehingga tidak berkah didalam ilmu mereka.

قَالَ حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ قُلْتُ لِأَيُّوبَ السَّخْتَيَانِيِّ الْعِلْمُ الْيَوْمَ أَكْثَرُ أَوْ فِيمَا تَقَدَّمَ

Hammad bin Zaid rahimahullah ta’ala berkata, Aku bertanya kepada Ayyub As-Sikhtiyani, ilmu itu lebih banyakan mana, orang terdahulu atau setelah mereka?

فَقَالَ: الْكَلَامُ الْيَوْمَ أَكْثَرُ وَالْعِلْمُ فِيمَا تَقَدَّمَ أَكْثَرُ

Maka Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah ta’ala menjawab, Obrolan orang hari ini itu lebih banyak. Dan ilmu yang ada pada pendahulu kita itu lebih banyak.” Bisa kita bayangkan bagaimana salaf kita mengatakan waktu di zaman Ayyub As-Sikhtiyani rahimahullah ta’ala sudah tersebar ilmu kalam. Sehingga ilmu syar’i dan ilmu sunnah (ilmu Al-Qur’an dan ilmu sunnah) itu menjadi kalah. Padahal hakikatnya ilmu itu ada pada Al-Qur’an dan Sunnah. Sehingga himmah (ambisi) kita di dalam menuntut ilmu syar’i kita arahkan ke sana semua, kita arahkan pada Al-Qur’an dan sunnah.

Adapun ilmu-ilmu yang lain itu secukupnya, sebutuhnya saja. Jangan semua waktu kita pakai untuk belajar ushul fikih, kita pakai untuk belajar kaidah fikih, ilmu ushul fikih dan ilmu kaidah fikih itu ilmu yang secukupnya kita pakai, kita butuhkan untuk membantu kita supaya paham Al-Qur’an dan Sunnah. Jadi, waktu kita harus lebih banyak kita habiskan untuk memahami ilmu Al-Qur’an dan ilmu Sunnah. Baarakallaahu Fiikum.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

InSyaaAllah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini