Halaqah 11 – Meragamkan Ilmu dan Memprioritaskan yang Terpenting

Related Articles

Halaqah 48 – Beberapa Kejadian di Padang Mahsyar Bagian Pertama

15 Januari 2025

Halaqah 18 – Mustahabbat (Sunnah-sunnah) Haji Bagian Kelima

14 Januari 2025

🌐 WAG Surabaya Mengaji
Program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)
≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji

🎙 Oleh: Ustadz Muhammad Yusuf Rustam, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi (Ringkasan Memuliakan Ilmu) karya Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-‘Ushaymi رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى

📖 Halaqah 11 – Meragamkan Ilmu dan Memprioritaskan yang Terpenting

🔊 Audio, klik di sini
══════════════════

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Pertemuan yang kesebelas dari program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas) Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi, simpul keenam Kitab Khulashatu Ta’zhimil ‘Ilmi. Berkata Syaikh Shalih Al-‘Ushaymi Hafizhahullahu Ta’ala:

اَلْمَعْقِدُ السَّادِسُ: رِعَايَةُ فُنُونِهِ فِي الْأَخْذِ وَتَقْدِيمُ الْأَهَمِّ فَالْمُهِمِّ

Jadi ada perhatian kepada cabang-cabang ilmu yang sedang dia ambil dan dia mendahulukan mana yang lebih penting atas yang lainnya.

قَالَ ابْنُ الْجَوْزِيِّ فِي صَيْدِ خَاطِرِهِ: جَمْعُ الْعُلُومِ مَمْدُوحٌ

Ibnu Al-Jauziy rahimahullahu ta’ala di dalam kitab Shahih Shaydul Khathir dia berkata: “Mengumpulkan ilmu-ilmu yang bermanfaat ini perkara yang terpuji.”

مِنْ كُلِّ فَنٍّ خُذْ وَلَا تَجْهَلْ بِهِ

Dari setiap cabang ilmu, pelajarilah dasar-dasarnya dan jangan sampai tidak mengerti sama sekali.

فَالْحُرُّ مُطَّلِعٌ عَلَى الْأَسْرَارِ

Seseorang itu bisa berhasil karena memiliki banyak ilmu, berusaha mengetahui apa-apa yang tidak dia ketahui.

وَيَقُولُ شَيْخُ شُيُوخِنَا مُحَمَّدُ ابْنُ مَانِعِ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي إِرْشَادِ الطُّلَّابِ

Guru dari guru-guru kami, Muhammad ibnu Mani’ rahimahullah ta’ala, berkata dalam kitab Irsyad Ath-Thullab:

وَلَا يَنْبَغِي لِلْفَاضِلِ أَنْ يَتْرُكَ عِلْمًا مِنَ الْعُلُومِ النَّافِعَةِ الَّتِي تُعِينُ عَلَى فَهْمِ الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ

Orang yang memiliki kedudukan yang mulia tidak layak, selayaknya dia meninggalkan ilmu yang bermanfaat, yang ilmu itu bisa membantu dirinya memahami kitab dan sunnah.

إِذَا كَانَ يَعْلَمُ مِنْ نَفْسِهِ قُوَّةً عَلَى تَعَلُّمِهِ

Jika dia tahu dia mampu mempelajari ilmu tersebut.

وَلَا يَسُوغُ لَهُ أَنْ يَعِيبَ الْعِلْمَ الَّذِي يَجْهَلَهُ وَيُزْرِيَ بِعَالِمِهِ

Sehingga dia tidak boleh mencela ilmu yang dia tidak bisa mempelajarinya yang dia tidak tahu dan mencela ‘ulamaa` yang pakar pada ilmu tersebut. Contoh seseorang tidak bisa Fara-idh, ada Syaikh yang pintar Fara-idh dia cela “Ilmu Fara-idh itu apa, Syaikh itu siapa, ilmu apa yang dia punya. Cuma Fara-idh aja bangganya minta ampun!”

فَإِنَّ هَٰذَا نَقَصٌ وَرَذِيلَةٌ

Jadi perbuatannya orang rendahan itu seperti itu, dia tidak bisa kemudian dia mencela orang yang bisa pada ilmu yang dia sendiri tidak bisa.

فَالْعَاقِلُ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَكَلَّمَ بِعِلْمٍ أَوْ يَسْكُتَ بِحِلْمٍ وَإِلَّا دَخَلَ تَحْتَ قَوْلِ الْقَائِلِ

Orang yang berakal itu dia akan berbicara berdasarkan ilmu tidak ngawur, jika dia diam maka juga akan ada hikmah dibaliknya. Kalau dia tidak seperti itu dia masuk dalam ucapan orang yang bijak, apa kata dia?

أَتَانِي أَنَّ سَهْلًا ذَمَّ جَهْلًا

Datang kabar kepadaku bahwa si Sahl dalam kebodohannya.

عُلُومًا لَيْسَ يَعْرِفُهُنَّ سَهْلُ

Dia mencela ilmu-ilmu yang dia tidak mengetahuinya.

عُلُومًا لَوْ قَرَاهَا مَا قَلَاهَا

Ilmu-ilmu yang seandainya dia memuliakannya, dia tak akan mencelanya.

وَلَٰكِنَّ الرِّضَا بِالْجَهْلِ سَهْلُ

Tetapi yang mudah itu adalah bersikap ridha atas ketidaktahuannya.

أَنْتَهَى كَلَامُهُ وإِنَّما تَنْفَعُ رِعَايَةُ فُنُونِ الْعِلْمِ بِاعْتِمَادِ أَصْلَيْنِ

Jadi cabang-cabang ilmu itu akan bermanfaat, ketika orang yang mengambilnya memperhatikan dua dasar.

أَحَدُهُمَا: تَقْدِيمُ الْأَهَمِّ فَالْمُهِمِّ

Yang pertama: Dia mengutamakan yang lebih penting, maka dia ambil yang lebih penting dahulu.

مِمَّا يَفْتَقِرُ إِلَيْهِ الْمُتَعَلِّمُ فِي الْقِيَامِ بِوَظَائِفِ الْعُبُودِيَّة لِلَّهِ

Bagaimana kita bisa tahu mana yang lebih penting dari yang lainnya? Parameternya adalah terkait dengan ‘ubudiyyah (peribadahan kepada Allah) atau tidak. Jika terkait dengan ibadah kepada Allah, berarti ini lebih penting harus kita utamakan, agar kita mengetahui ibadah-ibadah yang wajib dan harus kita kerjakan.

وَالْآخَرُ: أَنْ يَكُونَ قَصْدُهُ فِي أَوَّلِ طَلَبِهِ تَحْصِيلَ مُخْتَصَرٍ فِي كُلِّ فَنٍّ

Yang kedua: Di awal dia belajar usahakan mengambil matan-matan ringkas dimasing-masing cabang keilmuan.

حَتَّى إِذَا اسْتَكْمَلَ أَنْوَاعَ الْعُلُومِ النَّافِعَةِ نَظَرَ إِلَى مَا وَافَق طَبْعَهُ مِنْهَا وَآنس مِنْ نَفْسِهِ قُدْرَةٌ عَلَيْهِ

Hingga tatkala dia sudah mengkhatamkan masing-masing cabang ilmu yang bermanfaat tadi, dia mulai memandang dirinya ini lebih condong atau lebih suka ke cabang ilmu yang mana.

فَتَبَحَّرَ فِيهِ سَوَاءٌ كَانَ فَنًّا وَاحِدًا أَمْ أَكْثَرَ

Maka dia mulai fokus kepada cabang ilmu yang dia sukai tersebut, dia perbanyak muthola’ah. Baik itu satu jenis cabang ilmu atau lebih.

وَمِنْ طَيَّارِ شِعْرِ الشَّنَاقِطَةِ قَوْلُ أَحَدِهِمْ

Di antara satu syair yang disenandungkan oleh orang-orang Syinqithi, salah satu ucapan di antara mereka adalah

وَإِنْ تُرِدْ تَحْصِيلَ فَنٍّ تَمِّمَهْ

Apabila engkau ingin memahami satu bidang, sempurnakanlah, selesaikanlah sampai yang terakhir.

وَعَنْ سِوَاهُ قَبْلَ الْإِنْتِهَاءِ مَهْ

Dan sebelum selesai dari bidang yang ini, jangan menoleh terhadap bidang yang lain, jauhkanlah, buang jauh-jauh bidang yang lain tersebut.

وَفِي تَرَادُفِ الْعُلُومِ الْمَنْعُ جَا

Sangat sulit untuk mempelajari dua bidang sekaligus. Jadi, satu bidang ilmu satu bidang ilmu terlebih dahulu.

إِنْ تَوْأَمَانِ اسْتَبَقَا لَنْ يَخْرُجَا

Sebagaimana dua anak kembar itu tidak keluar sekaligus secara bersamaan, pasti satu persatu. Begitu juga dengan ilmu syar’i kita pelajari satu persatu dahulu, jangan langsung semuanya dikumpulkan, khawatir tidak terserap, tidak masuk semua nantinya.

وَمَنْ عَرَفَ مِنْ نَفْسِهِ الْقُدْرَةَ عَلَى الْجَمْعِ جَمَعَ وَكَانَتْ حَالُهُ اسْتِثْنَاءً مِنَ الْعُمُومِ

Tetapi kalau dia tahu, dirinya bisa mengumpulkan dalam satu waktu beberapa bidang ilmu dan dia anggap tidak ada masalah, karena dia mempunyai kemampuan khusus yang berbeda pada umumnya manusia, maka tidak apa-apa mempelajari beberapa bidang ilmu dalam satu waktu. Baarakallaahu Fiikum.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

InSyaaAllah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini