🌐 HSI Abdullah Roy
HSI Reguler | Halaqah Silsilah ‘Ilmiyyah
🎙 Oleh: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Silsilah Beriman kepada Hari Akhir
📖 Halaqah 41 – Pertanyaan ketika Hisab
🔊 Audio, klik di sini
════════════════
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ
Saudara sekalian semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan pemahaman kepada kita semua. Halaqah yang keempat puluh satu dari Silsilah ‘Ilmiyyah Beriman kepada Hari Akhir adalah tentang “Pertanyaan ketika Hisab.”
Ketika hisab Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berbicara dengan para hamba dengan cara yang sesuai dengan keagungan Allah ‘Azza wa Jalla. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan bertanya tentang apa yang sudah mereka lakukan di dunia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidaklah di antara kalian kecuali Rabbnya akan berbicara kepadanya. Tidak ada antara dia dengan Allah penerjemah. Dia akan melihat di sebelah kanannya, maka dia tidak akan melihat kecuali amalan yang sudah ia lakukan. Dan melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali amalan yang sudah dia lakukan. Dan akan melihat depannya, maka dia tidak melihat kecuali neraka berada di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma.” (Hadits Shahih Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Adapun hadits yang berisi bahwasanya ada tiga golongan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat. ⑴ Orang yang mengungkit-ungkit pemberian. ⑵ Orang yang menjual barang dengan sumpah palsu. ⑶ Orang yang musbil, yaitu memanjangkan pakaian di bawah mata kaki (bagi laki-laki). (Hadits Shahih Riwayat Muslim).
Maka yang dimaksud dalam hadits ini seperti yang dikatakan oleh sebagian ‘ulamaa` bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan berbicara dengan mereka dalam keadaan ridha. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah. Di antara hal yang ditanyakan di hari kiamat, yang pertama adalah tentang tauhid kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْـَٔلَنَّ ٱلْمُرْسَلِينَ
“Maka sungguh kami akan tanya umat yang telah diutus kepada mereka para Rasul. Dan sungguh kami akan tanya para Rasul.” (Al-Qur’an Surah Al-A’raf [7] ayat 6)
Kita akan ditanya bagaimana kita akan menjawab ajakan Rasul dan ajakan Rasul yang paling besar adalah Tauhid. Di antara hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita di dunia. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ
“Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan.” (Al-Qur’an Surah At-Takatsur [102] ayat 8)
Di antara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan minuman bagaimanapun sederhananya dipandangan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Sesungguhnya pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat tentang kenikmatan adalah akan dikatakan kepadanya, ‘Bukankan Kami telah menyehatkan badanmu dan memberimu air yang dingin?.’.” (Hadits Shahih Riwayat At-Tirmidzi).
Di dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya: Tentang umurnya untuk apa dia gunakan, dan ditanya tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan, dan akan ditanya tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan, dan akan ditanya tentang anggota badannya untuk apa dia gunakan.” (Hadits Shahih Riwayat At-Tirmidzi).
Orang yang mensyukuri nikmat tersebut dialah yang akan selamat. Mensyukuri dengan hati, lisan maupun perbuatan. Hatinya mengakui kenikmatan tersebut, bahwasanya itu adalah dari Allah Tabaraka wa Ta’ala. Lisannya bersyukur dan memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dia mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang diperbolehkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di antara hal yang akan ditanyakan Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika hisab adalah pendengaran, penglihatan, dan hati kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا
“Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya ilmunya. Sesungguhnya setiap manusia kelak akan ditanya tentang pendengaran, penglihatan, dan hatinya.” (Al-Qur’an Surah Al-Israa` [17] ayat 36).
Dengan demikian hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran, penglihatan, dan hatinya dari apa yang Allah Jalla wa ‘Ala haramkan. Di antara yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tanyakan adalah perjanjian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَوْفُوا۟ بِٱلْعَهْدِ إِنَّ ٱلْعَهْدَ كَانَ مَسْـُٔولًا
“Dan sempurnakanlah perjanjian, karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan.” (Al-Qur’an Surah Al-Israa` [17] ayat 34).
Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun kepada makhluk. Seorang muslim dituntut untuk menyempurnakan janjinya. Di antara hal yang akan ditanyakan adalah tentang amanat yang telah Allah Tabaraka wa Ta’ala berikan kepada kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:
“Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang imam atau pemimpin negara adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dalam keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang ibu adalah seorang penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang apa yang dia jaga. Dan seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut.” (Hadits Shahih Riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Seorang pemimpin mendapat amanat dari Allah Jalla wa ‘Ala untuk menegakkan hukum-hukum Allah atas rakyatnya dan berbuat adil. Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada kebaikan serta memberikan hak-hak mereka. Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami, dan lain-lain. Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan pekerjaan sebagai seorang pembantu.
Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya apapun peran kita sesuai dengan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan. Baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin. Baik sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi. Baik sebagai suami maupun seorang istri. Baik sebagai seorang ayah atau ibu maupun anak. Baik sebagai seorang guru maupun murid, dan lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya.
Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini. Semoga bermanfaat, dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة
InSyaaAllah Berlanjut
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, klik di sini