Halaqah 15 – Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu

Related Articles

Halaqah 48 – Beberapa Kejadian di Padang Mahsyar Bagian Pertama

15 Januari 2025

Halaqah 18 – Mustahabbat (Sunnah-sunnah) Haji Bagian Kelima

14 Januari 2025

🌐 WAG Surabaya Mengaji
Program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas)
≈Kelas Kitab Tuntas Surabaya Mengaji

🎙 Oleh: Ustadz Muhammad Yusuf Rustam, Lc., M.A. حَفِظَهُ اللَّهُ تَعَالَى
📗 Kitab Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi (Ringkasan Memuliakan Ilmu) karya Syaikh Shalih bin Abdillah bin Hamad Al-‘Ushaymi رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى

📖 Halaqah 15 – Menjaga Adab dalam Menuntut Ilmu

🔊 Audio, klik di sini
══════════════════

Daftar Isi – Kitab Khulashah Ta’zhimil ‘Ilmi
klik di sini

════════════════

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

Pertemuan yang kelima belas dari program KEBUT (Kelas Kitab Tuntas) Kitab Khulashah Ta’zhimi Al-‘Ilmi, simpul kesepuluh Kitab Khulashatu Ta’zhimil ‘Ilmi. Berkata Syaikh Shalih Al-‘Ushaymi Hafizhahullahu Ta’ala:

الْمَعْقِدُ الْعَاشِرُ: مُلَازَمَةُ آدَابِ الْعِلْمِ

Seorang penuntut ilmu harus senantiasa menjaga adab dalam ilmu syar’i.

قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ فِي كِتَابِهِ مَدَارِجِ السَّالِكِينَ

Berkata ibnul Qayyim rahimahullah dalam Madarij as-Salikin.

أَدَبُ الْمَرْءِ عُنْوَانُ سَعَادَتِهِ وَفَلَاحِهِ وَقِلَّهُ أَدَبِهِ عُنْوَانُ شَقَاوَتِهِ وَبَوَارِهِ فَمَا أَسْتُجْلِبَ خَيْرُ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ بِمِثْلِ الْأَدَبِ وَلَا أَسْتُجْلِبَ حِرْمَانُهُمَا بِمِثْلِ قِلَّةِ الأَدَبِ

Adabnya seseorang adalah kunci kebahagiaan dan kesuksesannya dan tidak punya adab merupakan kunci kehancuran dan kebinasaannya. Maka tidak ada yang bisa meraih kebaikan dunia dan akhirat layaknya adab. Begitu pula tidak ada yang bisa membuat terhalangnya kebaikan dunia dan akhirat layaknya tidak punya adab. Jadi kebaikan dunia dan akhirat didapatkan seseorang karena adab yang tinggi, begitu pula dia tidak bisa mendapatkan kebaikan dunia-akhirat karena adab yang rendah.

وَالْمَرْءُ لَا يَسْمُو بِغَيْرِ الْأَدَبِ وَإِنْ يَكُنْ ذَا حَسَبٍ ونَسَبِ

Seseorang tak akan terangkat tanpa disertai adab walau berkedudukan dan bernasab.

وَإِنَّمَا يَصْلُحُ لِلْعِلْمِ مَنْ تَأَدَّبَ بِآدَابِهِ فِي نَفْسِهِ وَدَرْسِهِ وَمَعَ شَيْخِهِ وَقَرِينِهِ

Ilmu akan bersemayam ke tempat yang ada adabnya, baik adabnya kepada dirinya sendiri, pelajarannya, syaikh-nya, temannya. Beradab dengan saingan itu juga ada adabnya, siapa yang tidak tahu adab-adab ini menjatuhkan kehormatan gurunya, kitabnya, syaikh-nya jangan harap dia bisa mendapatkan kenikmatan kebaikan dunia dan akhirat, dia akan menjadi orang yang celaka.

قَالَ يُوسُفُ بْن الْحُسَيْن بِالْأَدَبِ تَفْهَمُ الْعِلْمَ

Berkata Yusuf bin Al-Husain rahimahullah Ta’ala, “Dengan adablah engkau akan memahami ilmu.” Untuk itu lihat orang lain tidak beradab berani menjatuhkan gurunya maka dia menjadi orang yang miskin, tidak paham dengan perkara agamanya, hanya dendam yang tersimpan di dalam dadanya.

لِأَنَّ الْمُتَأَدِّبَ يُرَى أَهْلًا لِلْعِلْمِ فَيُبْدَلُ لَهُ

Karena orang yang beradab itu kalau gurunya melihat juga pasti akan senang, sehingga ia akan berusaha mengajarinya dengan ikhlas dan sabar.

وَقَلِيلُ الْأَدَبِ يُعَزُّ الْعِلْمُ أَنْ يُضَيَّعَ عِنْدَهُ

Adapun orang yang adabnya rendah, guru yang melihat, akan memberikan ilmunya saja eman (sayang memberikan ilmunya kepada orang yang demikian).

وَمِنْ هُنَا كَانَ السَّلَفُ رَحِمَهُمُ اللَّهُ يَهْتَمُّونَ بِتَعَلُّمِ الْأَدَبِ كَمَا يَهْتَمُّونَ بِتَعَلُّمِ الْعِلْمِ

Dari sini para slaaf kita rahimahumullahu Ta’ala, mereka punya perhatian yang luar biasa dalam mempelajari adab sebagaimana mereka perhatian mereka dalam mempelajari ilmu syar’i.

قَالَ ابْنُ سِيرِينَ كَانُوا يَتَعَلَّمُونَ الْهَدْيَ كَمَا يَتَعَلَّمُونَ الْعِلْمَ

Berkata Ibnu Sirin rahimahullah Ta’ala, “Dahulu mereka mempelajari (Al-Hadyu) adab layaknya mempelajari ilmu.” Sungguh-sunngguh, serius mencontoh gurunya.

بَلْ إِنَّ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُقَدِّمُونَ تَعَلُّمَهُ عَلَى تَعَلُّمِ الْعِلْمِ

Bahkan ada kelompok ‘ulamaa` yang mengatakan bahwa belajar ilmu adab ini lebih utama daripada belajar ilmu syar’i, lebih didahulukan belajar adab daripada belajar ilmu.

قَالَ مَالِكُ بْن أَنَسٍ لِفَتًى مِن قُرَيْشٍ يَا أَبْنَ أَخِي تَعَلَّمِ الْأَدَبَ قَبْلَ أَنْ تَتَعَلَّمَ الْعِلْمَ

Berkata Malik bin Anas rahimahullah kepada salah seorang pemuda dari kalangan kaum Quraisy, “Wahai keponakanku, pelajarilah adab sebelum engkau mempelajari ilmu”. Perhatikan masalah adab jangan engkau tinggalkan. Baarakallaahu Fiikum.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، وَبِاللَّهِ التَّوْفِيق وَالْهِدَايَة

InSyaaAllah Berlanjut

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Halaqah sebelumnya, klik di sini
Halaqah selanjutnya, akan segera hadir